Selasa, 19 Oktober 2010

Pilih Muka atau Pantat?

Di suatu buku (saya lupa judulnya) ada cerita seorang Boss bertengkar hebat dengan lawan bisnisnya. Setelah puas mengeluarkan serapahnya, "Pantat lu sama dengan muka gue", lalu si Boss masuk ke dalam mobil. Sopirnya yang mencermati pertengkaran tadi kemudian dengan berhati-hati mengingatkan Boss, "Maaf Boss, bukannya yang diucapkan tadi terbalik." Sejenak berpikir, lalu si Boss keluar lagi dari mobil sambil menyumpahi, "Muka gue sama dengan pantat lu"

Setelah duduk lagi di dalam mobil si Boss tersenyum lega pada sopirnya, "Untunglah kamu tadi mengingatkan aku." Sementara sopirnya hanya bisa bengong karena kehabisan kata hendak menjelaskan.
Konon seorang yang baru memperoleh jabatan akan mengalami kesulitan untuk menyembunyikan pantatnya, kenapa? Karena banyak yang berebut ingin menjilat pantatnya. Jadi bayangkan kasihan betul seandainya beliau baru wudunen ...

Pernah ada pengajar dalam proses belajar mengajar di kelas keseringan untuk menulis di papan tulis terus, dan tentu saja selama jam pelajaran berlangsung hanya menghadap papan tulis. Entah karena materinya yang terlalu padat sehingga kurang berkesempatan untuk menjelaskan, atau karena agak grogi bila mesti face-to-face. Dalam kuesioner evaluasi, salah seorang murid memberikan komplain berikut, "Sepertinya yang sudah berlangsung selama ini bukanlah tatap muka, tetapi tatap punggung atau tatap bokong."


Kabarnya para selebritis Holywood bukan hanya mengasuransikan wajahnya saja tetapi juga termasuk pantatnya. Kurang tahu berapa besar premi yang mesti dibayarkan untuk asuransi pantat tersebut. Maklum mungkin pantat tersebut adalah salah satu aset terbesar, sehingga perlu dijaga jangan sampe lecet. Mau garuk-garuk pantat juga mesti hati-hati sekali. Mau duduk di kursi perlu hati-hati tidak boleh sembarangan dan perlu diperiksa jangan sampe ada tengu-nya, tidak seperti saya pantatnya sudah imun bermacam tengu dari berbagai bioskop kelas ekonomi semacam Royal, Widya, atau Indra (bioskop di kotaku yang sekarang sudah gulung tikar) malah mungkin para tengu yang masih bersikeras untuk menggigit pantatku bakal pada mrotholi giginya, haha. Siapa tahu untuk asuransi berbasis pantat ada juga klausul yang mengatur seandainya pantatnya tepos.

Saya terpikir juga mungkin info mengenai keberadaan asuransi pantat ini perlu saya sampaikan kepada teman kecil saya yang dulu kerap kena wudunen. Siapa tahu setiap kali kena wudunen bisa mengajukan klaim jadi tidak buru-buru diplothoti, hihihi ... Mungkin bakal berbeda nilai klaim antara digigit nyamuk, wudunen atau kreminen. Tapi masak sih artis sexy seperti Jenifer Lopez atau Angelina Jollie bisa wudunen? Entar syutingnya terpaksa ditunda menunggu wudun-nya diplothot dulu. Kerap kita dengar bahwa ada artis yang memiliki pantat yang sexy. Sebenarnya bagaimana kriterianya, apakah poin sexy itu lebih pada pantatnya atau mukanya? Jadi saat melihat pantat maka yang terbayang adalah mukanya.



Seandainya si Paijo memiliki pantat seperti Brad Pitt, berarti boleh dibilang si Paijo sama sexynya dengan Brad Pitt. Mana yang lebih sexy, tampangnya Brad Pitt atau pantatnya? Kalo dikatakan George Clooney adalah aktor yang berkharisma, boleh tidak ada yang bilang George Clooney memiliki pantat yang berkharisma dan berwibawa? 

Dulu ada rekan saya yang menyatakan istilah "Wah-Wooo", waktu mengajak saya berboncengan naik motor. Artinya penampilan bila dari belakang lebih-lebih dari jarak yang jauh kelihatannya "wah", tetapi begitu sudah didekati ternyata "wooo", alias yang ngeliat pada bilang "wooo ... jebul ...". Jadi tampak belakang "wah", tapi tampak depan "wooo". Nah, kalo yang "wooo-wah" atau "wooo-wooo" bagaimana? Embuh ...

Mengingatkan lagi mengenai perihal buang angin, bagaimana cara cepat untuk membedakan manakah yang "konsumen" dan "produsen"? Tentu saja para "konsumen" akan mengipas-ngipas di depan muka supaya anginnya cepat menyingkir dari hidung, sedangkan "produsen" akan mengipas-ngipas di depan pantat supaya tidak ketauan kalo itu produknya, hehehe ....

Kalo di film horor itu, kita saksikan fokus kamera ke hantu selalu diarahkan ke wajahnya yang seram, mengapa tidak diarahkan ke pantatnya? Siapa tahu kuntilanak, wewe, dan mak lampir itu punya pantat yang seksi. Pasti mbah dukun tidak keberatan untuk menepuki pantat mereka ketimbang harus menyemburi dengan air kembang malah bikin keselak. Ah, yang bener aja, kalo panjenengan ketemu hantu sungguhan mana sempat ngeliatin pantatnya?


Baiklah teman-teman, maafkan bila artikel ini tidak jelas mana muka mana pantatnya. Tapi bila bisa memilih, apakah SAUDARA pilih kena jerawat di wajah atau bisulan di pantat, lebih penting mana penampilan atau "kedudukan"?
Fire - Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo bergabung disini.... boleh berkomentar... asal sopan dan intelek, humoris, serta dapat menambah wawasan dan persaudaraan