Jumat, 23 April 2010

TRIK IKLAN POLITIK PDF Print E-mail
Thursday, 29 January 2009 05:06
Oleh: Effendi Gazali

Ketika harga BBM dinaikkan, semua partai politik pendukung pemerintah mengamini. Alasannya, ini akibat kenaikan harga minyak dunia.
Namun, ketika harga minyak dunia turun drastis, penurunan harga BBM di Indonesia sampai tiga kali diklaim sebagai jasa parpol tertentu. Apakah ini bukan bentuk pembohongan publik?
”Kami hanya mengatakan, Partai Demokrat terus mendukung kebijakan pemerintahan Presiden SBY yang menurunkan harga BBM hingga tiga kali.” Begitulah pembelaan yang sering didengar, menanggapi kritikan terhadap iklan ”Berjuang untuk Rakyat” (Partai Demokrat).
Sementara untuk iklan ”Penciptaan Perdamaian”, kubu Partai Golkar menjawab, ”Kami menyatakan tokoh Golkar di DPR dan pemerintah ikut berperan mewujudkan perdamaian di daerah-daerah konflik”. Artinya, seperti dianjurkan Wakil Presiden Jusuf Kalla, siapa pun yang ikut dalam pemerintahan atau andil dalam kebijakan tertentu, boleh membuat iklan klaim keberhasilan!
Jadi, kalau PKB mau, boleh mengklaim keberhasilan di bidang tenaga kerja. PBB boleh mengklaim kemajuan di sektor kehutanan, dan lainnya. Pendekatan indeksial—termasuk rekam jejak—ini sah dan penting dalam komunikasi politik. Masalahnya, maukah mereka?

Trik memperbandingkan
Untuk klaim-klaim seperti itu, ilmu komunikasi politik telah menyediakan iklan-iklan yang menjawab, bahkan menantangnya. Para peneliti seperti Finkel & Geer (1998) hingga Johnson, Reynold, Mycoff (2007), meyakini trik yang menyerang atau membandingkan jauh lebih diingat dan dapat meningkatkan partisipasi dalam pemilu.
Kini, tinggal siapa yang akan menjawab iklan, ”Telah Turunkan Harga BBM Tiga Kali” (PD)? Yang paling mungkin pasti PDI-P sebagai satu-satunya partai oposisi atau Gerindra yang bisa menjadi ikon ”Perubahan” untuk konteks Pemilu 2009.
Kita berharap akan keluar iklan—yang misalnya—berbunyi, ”Terima kasih Partai Demokrat telah mendukung pemerintah menurunkan harga BBM hingga tiga kali. Tetapi mengapa baru turun tiga kali selama harga minyak dunia anjlok, sementara Pemerintah Malaysia telah melakukannya tujuh kali? Di Filipina malah lebih banyak (kutipan Tempo, 25/1/2009).
Versi lain dapat berbunyi, ”Terima kasih Partai Demokrat yang telah mendukung pemerintah menurunkan harga BBM hingga tiga kali. Bahkan mungkin akan dicicil beberapa kali lagi menjelang Pemilu 9 April. Namun, maukah pemerintah menjawab pertanyaan, ”sejujurnya, berapa harga pokok produksi satu liter BBM (premium, solar, minyak tanah, pertamax)?”
Iklan memperbandingkan ditambah partisipasi publik bertujuan mempertajam fakta. Apakah telah terjadi pembohongan publik atau tidak, baru diketahui dari fakta yang muncul setelah saling berjawab iklan politik. Jika pemerintah, misalnya, muncul dengan harga pokok produksi per liter sebesar Rp X, mungkin Iman Sugema atau Kwik Kian Gie bisa menampilkan angka lain sebagai perbandingan. Lalu, rakyat bertanya: ”Selama ini, selisihnya ke mana saja? Alirannya, masuk ke komisi atau kantong siapa?”
Tidak mau menjawab pertanyaan semacam itu (tentang harga pokok produksi tadi) juga dijamin akan membuat merah muka pihak yang telah melakukan klaim dengan obyek turunnya harga BBM!

Gelitik
Jika menarik interpretasi agak bebas dari strategi Obama (antara lain Mendell, 2008), ada tiga lapis lingkaran isi pesan iklan atau trik komunikasi politik efektif.
Pertama, lingkaran terluar: menyajikan Wow Effect, audio-visual nan menarik perhatian. Kedua, realistik atau membumi di sekitar kita. Ketiga, personal, apa yang ada di dalamnya untuk saya.
Iklan ”Telah Turunkan Harga BBM Tiga Kali” termasuk yang menyentuh beberapa bagian lapisan lingkaran itu. Mirip iklan Obat Batuk Hitam yang mengingatkan pemirsa minum obat tiga kali, kata ”diturunkan” pun diulang tiga kali. Inilah Wow Effect, meski belum tentu semua suka! Soal melaut atau tarik angkot dengan BBM yang semula mahal juga realistik ada di sekitar kita. Ucapan ”Terima kasih Pak SBY” terasa personal (meski baru dari rakyat ke atas, belum ke bawah).
Justru karena—sampai tingkat tertentu—dia efektif, maka iklan itu ramai dimasalahkan. Tetapi di luar itu, beberapa trik komunikasi politik lain (entah siapa pelakunya) kadang juga menggelitik. Salah satu lelucon unik adalah upaya menjadikan figur PKS sebagai tersangka pelanggaran, terutama karena ada nomor 8 pada bendera atau atribut yang mereka bawa saat unjuk rasa. Bukankah pada saat yang sama kita lihat di seantero negeri puluhan ribu iklan politik terpasang memorakporandakan ruang publik, juga lengkap dengan nomor masing-masing?
Sebelumnya beredar isu, direktur sebuah perusahaan milik negara ditegur gara-gara menjadi sponsor talkshow televisi yang menayangkan panjang lebar tokoh oposisi. Jika rumor ini benar, trik itu bukan hanya menggelikan, tetapi juga bertarung di area How low can you go?

Effendi Gazali Koordinator Program Master Komunikasi Politik UI
Sumber: Harian Kompas, Kamis 29 Januari 2009

Kamis, 22 April 2010

Afiliasi

Bismillahirrahmaanirrahiim
Ingin sedikit berbagi opini dengan rekan-rekan, ikhwan dan akhwat, terutama yang aktif dalam kegiatan dakwah kampus. Semoga bermanfaat.
Tentang afiliasi. Mungkin ada yang masih merasa asing dengan istilah ini. Tapi ana yakin ikhwah semua sudah tahu apa itu afiliasi (yang jelas bukan bisnis afiliasi di internet). Sekedar menyeragamkan definisi afiliasi. Kalau kita buka kamus bahasa inggris pada kata affiliation di situ tertulis pengertiannya -kira2- penggabungan atau penyatuan.

Kaitannya dengan dakwah kampus? Beberapa kali mungkin kita mendengar ada sentilan yang mengatakan organisasi kampus tertentu berafiliasi dengan organisasi lain di luar kampus. Ok, konkret saja pada kasus kita. Mungkin sering kita dengar bahwa FSI/FKI/KAMMI atau organisasi mahasiswa “sejenis” itu berafiliasi pada partai tertentu. Ketika mendengar sentilan semacam itu ada yang langsung panas dan memberikan tanggapan samar dengan mengatakan “Siapa bilang?” Kalau judgement itu ditujukan kepada organisasi antum, kira2 bagaimana tanggapan antum? Jangan2 tanggapannya juga sama, “Siapa bilang?”
Dalam masalah afiliasi pada organisasi, adanya kesamaan gerak yang berawal dari kesamaan visi, misi, platform, tujuan dan sebagainya merupakan hal yang lumrah. Lalu kenapa jadi asing dan mengundang antipati manakala afiliasi itu dinisbatkan pada organisasi tertentu? Ana kira permasalahannya bukan pada prinsip afiliasi tadi (kesamaan visi, misi, platform, tujuan, dsb) melainkan pada paradigma, persepsi dan opini yang berkembang dalam masyarakat. Persepsi tentang kotornya politik praktis mengakibatkan penilaian negatif pun secara otomatis melekat pada siapa saja yang bersentuhan -langsung maupun tidak- dengannya. Terlebih lagi kalau yang berafiliasi dengan organisasi politik adalah organisasi islam/dakwah. “Katanya organisasi dakwah, tapi kok ikut-ikutan politik praktis?!”, kira2 begitu tanggapan yang kita dengar, betul? Pernahkah kita dapati alasan yang lebih kuat dan prinsipil tentang larangan berafiliasi dengan partai politik terutama bagi organisasi mahasiswa internal kampus? Ana belum pernah dapatkan. Paling alasan yang juga sering kita dapatkan adalah bahwa institusi pendidikan harus independen, steril dari politik praktis. Mmm..benarkah seperti itu?
Kalau sekedar alasan independensi (ketidakberpihakan), agaknya kita perlu memperjelas makna independen terlebih dahulu. Apakah independen itu berarti tidak memihak? Ah, kayaknya bukan. Justru tidak memihak itu yang tidak independen, karena memihak pada ketidakberpihakan jika yang dimaksud independen adalah tidak memihak. (bingung ya?)
Baik, sekarang kita berpikir dengan cara berpikir aktivis dakwah yang memperjuangkan nilai-nilai kebenaran (ngaku2nya nih :D ). Menurut ana independen adalah sikap teguh pendirian yang berakar pada kepahaman akan kebenaran prinsip yang dipegang dan tidak terpengaruh hasutan/intervensi pihak lain. Punya pendirian, itulah independen menurut ana. Kalau ada slogan yang bilang “Kebenaran itu tidak memihak”, sepertinya tidak tepat, karena pada hakikatnya kebenaran itu justru memihak yaitu memihak pada kebenaran itu sendiri. Seandainya kebenaran tidak memihak, berarti kebenaran itu abu-abu donk, serba tidak jelas. Padahal kita tahu bahwa “yang benar adalah benar, dan yang bathil adalah bathil”.
Sekarang apa hubungannya dengan afiliasi? Kita perlu pahami bahwa afiliasi untuk kasus kita bukanlah semata-mata afiliasi dalam urusan dunia. Kita mempunyai prinsip bahwa siapapun yang memperjuangkan nilai-nilai Islam dan kebenaran maka kita siap berafiliasi dengannya. Oleh karena itu, rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan manakala ada pihak yang mengklaim keterkaitan organisasi dakwah kita dengan partai tertentu. Lalu apakah lantas dengan begitu serta merta kita menunjukkan afiliasi kita dengan membawa atribut2 partai ke kampus misalnya? Ana kira bukan juga seperti itu. Tetap proporsional dalam bersikap. Jangan sampai sikap kita malah membahayakan eksistensi dakwah di lingkungan kita.
OK, kalau begitu, bukankah sudah saatnya sekarang kita tunjukkan bahwa gerakan dakwah adalah gerakan besar yang terorganisir yang akan merontokkan semangat musuh2 Allah? Ah, semoga ini bukan sekedar teori belaka. Barakallahu fiikum. Wallahu a’lam bishshawwab.

Biodata Menteri-Menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II

BIODATA ANGGOTA KABINET INDONESIA BERSATU II (2009-2014) PDF Print E-mail
Thursday, 22 October 2009 08:38
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Nama: Marsekal TNI (Purn.) Djoko Suyanto, S.I.P.
Tempat/Tanggal Lahir: Madiun, Jawa Timur, 2 Desember 1950
Pendidikan Terakhir:
* 1995 Joint Services Staff College, Australia
Riwayat Pekerjaan:
* 13 Februari 2006-28 Desember 2007 Panglima TNI
* 2009 Wakil Ketua Tim Kampanye SBY-Boediono
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Nama: Ir. M. Hatta Rajasa
Tempat/Tanggal Lahir: Palembang, 18 Desember 1953
Pendidikan Terakhir:
* Insinyur Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB)
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Sekretaris Negara Kabinet Indonesia Bersatu (2007-2009)

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Nama: H.R. Agung Laksono
Tempat/Tanggal Lahir: Semarang, Jawa Tengah, 23 Maret 1949
Pendidikan Terakhir:
* Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) tahun keenam (1972).
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999)
* Ketua DPR RI (2004-2009)

Menteri Sekretaris Negara

Nama: Letjen TNI (Purn.) Sudi Silalahi
Tempat/Tanggal Lahir: Pematang Siantar, 13 Juli 1949
Pendidikan Terakhir:
* Akabri tahun 1972
Riwayat Pekerjaan:
* Sekretaris Kabinet pada Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009)

Menteri Dalam Negeri

Nama: Gamawan Fauzi, S.H., M.M.
Tempat/Tanggal Lahir: Solok, Sumatra Barat, 9 November 1957
Pendidikan Terakhir:
* 1982 Lulusan Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang
Riwayat Pekerjaan:
* 2000-2005 Bupati Kabupaten Solok
* Gubernur Sumatra Barat

Menteri Luar Negeri

Nama: Dr. M. Marty Natalegawa
Tempat/Tanggal Lahir: Bandung, 22 Maret 1963
Pendidikan Terakhir:
* Doctor of Philosophy in International Relations, Australian National University, 1993
Riwayat Pekerjaan:
* Wakil Tetap Republik Indonesia (RI) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 2007-sekarang
* Ketua Komite Khusus PBB untuk Dekolonisasi periode 2008

Menteri Pertahanan

Nama: Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.A., M.Sc.
Tempat/Tanggal Lahir: Semarang, 16 Juni 1951
Pendidikan Terakhir:
* Ph.D. Ekonomi Mineral/Sumber Daya Alam Colorado School of Mines, Golden, Colorado, USA (1988)
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009)

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nama: Patrialis Akbar, S.H.
Tempat/Tanggal Lahir: Padang, 31 Oktober 1958
Pendidikan Terakhir:
* Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta
Riwayat Pekerjaan:
* Anggota Komisi III DPR RI periode 2004-2009
* Ketua DPP PAN

Menteri Keuangan

Nama: Dr. Sri Mulyani Indrawati
Tempat/Tanggal Lahir: Tanjung Karang, 26 Agustus 1962
Pendidikan Terakhir:
* Ph.D. of Economics dari University of Illinois Urbana Champaign, USA (1990-1992)
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu (2005-2009)
* Menteri Keuangan merangkap Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (13 Juni 2008-2009)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nama: Dr. Darwin Zahedy Saleh, S.E., M.B.A.
Tempat/Tanggal Lahir: Riau, 29 Oktober 1960
Pendidikan Terakhir:
* Program Doktor Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Riwayat Pekerjaan :
* Staf Ahli Dekan Fakultas Ekonomi UI

Menteri Perindustrian

Nama: Ir. Mohamad S. Hidayat
Tempat/Tanggal Lahir: Jombang, Jawa Timur, 2 Desember 1944
Pendidikan Terakhir:
* Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung
* Property Management Course Tokyo Foundation, Tokyo, Jepang
Riwayat Pekerjaan:
* 2008-2012 Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia

Menteri Perdagangan

Nama: Dr. Mari Elka Pangestu
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 23 Oktober 1956
Pendidikan Terakhir:
* Ph.D. bidang International Trade, Finance & Monetary Economics dari Universitiy of California, Davis (1986)
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009)

Menteri Pertanian

Nama: Ir. H. Suswono, M.M.A.
Tempat/Tanggal Lahir: Tegal, Jawa Tengah, 20 April 1959
Pendidikan Terakhir:
* S-2 Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor
Riwayat Pekerjaan:
* Wakil Ketua Komisi IV DPR RI periode 2004-2009 dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Menteri Kehutanan

Nama: Zulkifli Hasan, S.E., M.M.
Tempat/Tanggal Lahir: Lampung, 17 Mei 1962
Pendidikan Terakhir:
* S-2 Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Riwayat Pekerjaan:
* Anggota Komisi VI dari Fraksi PAN (2004-2009)
* Presdir PT Panamas Mitra Inti Lestari

Menteri Perhubungan

Nama: Freddy Numberi
Tempat/Tanggal Lahir: Serui (Papua), 15 Oktober 1947
Pendidikan Terakhir:
* Pendidikan Khusus AAL di Surabaya (1969-1971)
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009)

Menteri Kelautan dan Perikanan

Nama: Dr. Ir. Fadel Muhamad
Tempat/Tanggal Lahir: Ternate, Maluku, 20 Mei 1952
Pendidikan Terakhir:
* Doktor Ilmu Administrasi Negara (predikat Cum Laude), Universitas Gadjah Mada (2007)
Riwayat Pekerjaan:
* Gubernur Provinsi Gorontalo (periode 2001-2011)

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nama: Abdul Muhaimin Iskandar
Tempat/Tanggal Lahir: Jombang, 24 September 1966
Pendidikan Terakhir:
* S-2 Ilmu Komunikasi UI Jakarta (1996-1998)
Riwayat Pekerjaan:
* Wakil Ketua DPR RI (1999-2004 dan 2004-2009)

Menteri Pekerjaan Umum

Nama: Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. H.E.
Tempat/Tanggal Lahir: Pengging, Jawa Tengah, 5 Juli 1943
Pendidikan Terakhir:
* Pascasarjana Land and Water Dev. IHE-DELFT Netherland (8 September 1977)
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Pekerjaan Umum Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009)

Menteri Kesehatan

Nama: Endang Rahayu Setianingsih, Ph.D.
Pendidikan Terakhir:
* Fakultas Kedokteran UI 1979
* Ph.D. dari Harvard University AS
Riwayat Pekerjaan:
* Pejabat Eselon II Depkes
* Aktif di Litbang Depkes
* Kepala Lab. Namru

Menteri Pendidikan Nasional
Nama: Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, D.E.A.
Tempat/Tanggal Lahir: Surabaya, 17 Juni 1959
Pendidikan Terakhir:
* S-3 Jurusan Signaux et System, Universite Science et Technique du Languedoc Montpellier Prancis, 1990
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu (2007-2009)

Menteri Sosial

Nama: Dr. H. Salim Segaf Al Jufrie, M.A.
Tempat/Tanggal Lahir: Solo, Jawa Tengah, 17 Juli 1954
Pendidikan Terakhir:
* S-3 (1986) untuk bidang Syariah di Universitas Madinah, Arab Saudi
Riwayat Pekerjaan
* Dubes untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kerajaan Oman

Menteri Agama

Nama: Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si.
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 19 September 1956
Pendidikan Terakhir:
* S-1, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarief Hidayatullah, Jakarta (1977-1984)
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009)

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Nama: Ir. Jero Wacik, S.E.
Tempat/Tanggal Lahir: Singaraja, 24 April 1949
Pendidikan Terakhir:
* S-2, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1983)
Riwayat Pekerjaan:
* Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009)

Menteri Komunikasi dan Informatika

Nama: Ir. H. Tifatul Sembiring
Tempat/Tanggal Lahir: Bukittinggi, 28 September 1961
Pendidikan Terakhir:
* Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STI&K) Jakarta
* International Politic Center for Asian Studies Strategic Islamabad, Pakistan
Riwayat Pekerjaan:
* Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), periode 2005-2010

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi

Nama: Evert Erenst Mangindaan, S.I.P.
Tempat/Tanggal Lahir: Surakarta, Jawa Tengah, 5 Januari 1943
Pendidikan Terakhir:
* Fakultas Ilmu Sosial Politik UT
Riwayat Pekerjaan:
* Mantan Gubernur Sulawesi Utara (1995-2000)
* Ketua Komisi II DPR RI (2004-2009)

Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Nama: A. Helmy Faisal Zaini
Tempat/Tanggal Lahir: Cirebon, 1 Agustus 1972
Pendidikan Terakhir:
* Univ. Paramadina Jakarta
Riwayat Pekerjaan:
* Anggota Komisi VI dan Badan Musyawarah DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (2004-2009)

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Nama: Prof. Dr. Armida Salsiah Alisjahbana
Tempat/Tanggal Lahir: Bandung, 16 Agustus 1960
Pendidikan Terakhir:
* University of Washington, Seattle, Washington, Amerika Serikat - 1994 (Doktor)
Riwayat Pekerjaan:
* Profesor Ekonomi Universitas Padjadjaran
* Wakil Dekan Fakutas Ekonomi Unpad

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Nama: Dr. Ir. Mustafa Abubakar
Tempat/Tanggal Lahir: Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), 15 Oktober 1949
Pendidikan Terakhir:
* S-3 IPB 2004
Riwayat Pekerjaan:
* Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog)

Menteri Negara Perumahan Rakyat

Nama: Suharso Monoarfa
Tempat/Tanggal Lahir: Mataram, Nusa Tenggara Barat, 31 Oktober 1954
Pendidikan Terakhir:
* Persiapan Kandidat Ph.D. di Curtin University of Technology, Perth Australia
Riwayat Pekerjaan:
* Anggota Komisi VII DPR RI (2004-2009)
* Direktur Penerbitan IQRO Bandung 1979-1981

Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga

Nama: Andi Alifian Mallarangeng
Tempat/Tanggal Lahir: Makassar, Sulawesi Selatan, 14 Maret 1963
Pendidikan Terakhir:
* S-3 Northern Illinois University
Riwayat Pekerjaan:
* Juru bicara kepresidenan

Kepala BIN

Nama: Jenderal Pol. (Purn.) Sutanto
Tempat/Tanggal Lahir: Pemalang, Jawa Tengah, 30 September 1950
Pendidikan Terakhir:
* 1990 Sespimpol, Lembang, Bandung
* 2000 Lemhanas
Riwayat Pekerjaan:
* 2005-2008 Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri)
* Januari 2009 - sekarang Komisaris Utama PT Pertamina

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Nama: Gita Wirjawan, M.B.A., M.P.A.
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 21 September 1965
Pendidikan Terakhir:
* Kennedy School of Government, Harvard University (Business Administration-1992 dan Master Public Administration-2000)
Riwayat Pekerjaan:
* Komisaris Pertamina
* Presiden Direktur JP Morgan Indonesia



Sumber: Harian Pikiran Rakyat, Kamis 22 Oktober 2009

Pengaruh Kampanye Program Kegiatan Sosial Partai Demokrat Pada Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Soppeng

Pengaruh Kampanye Program Kegiatan Sosial Partai Demokrat Pada Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Soppeng

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa orde baru hanya tiga partai politik yang menjadi peserta pemilu, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia. Pada masa itu, Golkar selalu menjadi pemenang pemilu dan menjadi mayoritas tunggal karena keberpihakan birokrasi. Setelah orde baru tumbang dan Indonesia secara dramatis sudah melangkah ke tahap institusionalisasi demokrasi, sebetulnya perubahan-perubahan penting telah banyak terjadi. Minimal dari segi pranata, legal dan institusional.
Perubahan-perubahan itu terlihat pada setiap pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden secara langsung yang diikuti oleh ritual-ritual demokrasi dimana partisipasi rakyat dapat diinstitusionalisasi secara berkala dan reguler. Selain itu Partai Politik dibebaskan untuk berdiri sehingga Indonesia mengalami periode dimana liberalisasi politik berpuncak pada multi partai yang besar. Setidaknya, ada 44 parpol yang berhasil lolos sebagai peserta pemilu legislatif (pileg) tahun 2009. Dan enam parpol diantaranya merupakan partai lokal Aceh, dimana sistem keterwakilannya hanya sebatas wilayah otonomi khusus Nangroe Aceh Darussalam. Sementara 38 parpol lainnya merupakan parpol yang berkompetisi secara nasional.
Jumlah partai politik yang begitu besar tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi pemilih (voter). Terutama dalam hal menyeleksi dan menentukan partai politik yang akan menjadi pilihannya. Hal ini tentu saja menjadi beban tersendiri bagi para pengurus partai politik serta calon legislatif untuk memperkenalkan parpolnya serta calegnya dalam memperkenalkan dirinya. Dalam hal ini juga menjadi tanggung jawab Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memperkenalkan semua partai politik peserta pemilu kepada seluruh masyarakat pemilih, baik pemilih di dalam negeri maupun pemilih atau warga negara Indonesia yang ada di luar negeri.
Selain besarnya jumlah partai, perubahan cara pemilihan dari mencoblos menjadi mencontreng/mencentang, juga merupakan problem tersendiri dalam sosialisasi pemilu 2009. Dengan perubahan ini maka diperlukan regulasi khusus untuk memperoleh hasil pemungutan suara yang terpercaya dan berkeadilan. Upaya KPU ini tertuang dalam peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 23 tahun 2008, tentang pedoman pelaksanaan sosialisasi dan penyampaian informasi pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sejarah penyelenggaraan pemilu di Indonesia mulai mengalami perbaikan pada pemilu 2004. Pada tahun tersebut sistem pemilu semakin lebih baik dari sistem sebelumnya karena menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Dengan sistem ini, sangat memungkinkan masyarakat untuk dapat memilih secara langsung calon legislatif sesuai dengan karakteristik preferensi yang diinginkannya. Walaupun hal ini, belum sepenuhnya memuaskan kebutuhan transparansi politik bagi masyarakat, karena masih kuatnya dominasi pengurus partai politik dalam menentukan calon jadi bagi partai dengan mekanisme daftar urutan, akan tetapi masyarakat pemilih sudah mulai menentukan sendiri caleg pilihannya.
Kemudian pada pemilu tahun 2009 mengalami perubahan yang cukup drastis yakni menggunakan sistem suara terbanyak dengan calon terbuka yang memungkinkan kompetisi para caleg berlangsung sangat ketat, baik sesama caleg dalam satu parpol yang sama maupun caleg antar parpol yang berbeda. Meskipun regulasi ini tidak dihasilkan di tingkatan legislasi, akan tetapi perubahan regulasi itu merupakan perubahan dalam kerangka membangun sistem politik secara gradual. Hal tersebut merupakan sebuah tindakan positif menuju demokrasi yang dikehendaki untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat. Sistem pemilihan legislatif dengan suara terbanyak membuka ruang demokrasi yang begitu luas bagi masyarakat untuk berkompetisi sesuai dengan keinginan masyarakat termasuk didalamnya masyarakat petani yang jumlahnya mayoritas secara kuantitas.
Tujuan penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan UU No. 10 tahun 2008, bahwa “Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan UUD RI 1945”. Dengan tujuan tersebut, variabel penting yang dibutuhkan dalam mewujudkan tujuan pemilu ini yaitu pemilih (voters) seharusnya menggunakan hak pilihnya dengan benar. Dan penyelenggra pemilu atau KPU membuat Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang benar dan akurat.
Dalam setiap event politik seperti pemilu, pilkada maupun pilpres, posisi petani senantiasa menjadi jualan kampanye yang paling empuk. Program-program kampanye yang disampaikan para kandidat biasanya penuh dengan janji untuk kesejahteraan petani. Bahkan dalam kampanyenya, para caleg, parpol atau kandidat didukung oleh produk yang nyata (tangible product), seperti membagikan bibit pertanian, pupuk atau melakukan aksi sosial sunatan massal.
Posisi politik semacam ini tentu saja bukan keinginan petani yang sesungguhnya dan bukan berdasar pada pilihan politik petani sendiri. Semua itu lebih disebabkan karena sistem politik manipulatif yang hingga saat ini masih menjadi mainstreams perpolitikan di Indonesia. Tidak ada satu pun kekuatan sosial politik atau partai politik yang sungguh-sungguh memperjuangkan aspirasi dan kepentingan kaum tani. Partai politik yang ada, tidak lebih hanya menempatkan kaum tani sebagai ‘ladang’ suara di saat pemungutan suara saat Pemilu berlangsung. Padahal harapan kaum tani adalah kebijakan yang berpihak untuk kesejahteraan petani secara berkesinambungan. Bukan setelah pemilu, ‘orang-orang partai’ asyik menikmati hasil ‘kerja kerasnya’ semasa kampanye, sedangkan kaum tani kembali di tinggal sendirian, bekerja sendirian dan mengatasi persoalan hidupnya sendirian.
Pada umumnya petani tidak rumit dalam menentukan sikap politiknya. Petani menentukan sikap politiknya berdasarkan tuntutan kebutuhan mereka. Beberapa pandangan mengenai sikap individu yang disampaikan oleh Grenstein, yakni: Orientasi pilihan (preferensi) sebagai sikap akan diarahkan terkait dengan 3 fungsi sikap yaitu, pertama sikap sebagai fungsi kepentingan yang artinya penilaian terhadap suatu obyek diberikan berdasarkan motivasi, minat dan kepentingan individu yang bersangkutan. Kedua, individu bersikap tertentu sesuai dengan keinginan individu itu untuk dapat sama atau tidak sama dengan tokoh panutannya atau yang disegani. Ketiga, fungsi sikap yang merupakan fungsi eksternalisasi dari pertahanan diri yaitu sikap seseorang itu, merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) dan eksternalisasi diri seperti proyeksi, idealisasi, rasionalisasi dan identifikasi (Grenstein, 1969).
Pesan-pesan politik melalui kampanye yang dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yakni mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh kampanye berkaitan dengan adanya perbedaan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan (Stuart dalam Cangara, 2003:163). Pengaruh dapat dikatakan mengena jika perubahan (P) yang terjadi pada penerima sama dengan tujuan (T) yang diinginkan oleh komunikator (P=T), atau rumus yang dikemukakan oleh Jamias yakni (P=S/P/M/P), pengaruh (P) sangat ditentukan oleh sumber, pesan, media, dan penerima (Jamias dalam Cangara, 2003:163).
Kampanye secara umum diartikan sebagai suatu upaya yang dikelola oleh satu kelompok (the change agent) yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan prilaku tertentu (Kotler dan Roberto dalam Cangara, 2009:284). Sementara kampanye politik adalah sebuah peristiwa yang bisa didramatisasi. gerakan yang bertujuan untuk memperoleh pengikut dan untuk mendapatkan dukungan rakyat banyak, melalui pidato politik, rapat-rapat umum, pernyataan disurat-surat kabar dan sebagainya.
Secara juridis kampanye menurut peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 19 tahun 2008 tentang pedoman pelaksanaan kampanye pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyebutkan pengertian kampanye adalah sesuai pasal 1 ayat (3) sebagai berikut: Kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program peserta pemilu termasuk mengajak memilih seseorang atau partai tertentu. Dan, selanjutnya pada pasal 2 ayat (1) berbunyi: Kampanye partai politik peserta pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, dilakukan untuk meyakinkan para pemilih dalam memperoleh dukungan sebesar-besarnya, dengan menawarkan visi, misi dan program
Secara prinsip, Peratutan KPU No.19 tahun 2008, memiliki penafsiran makna yang kurang lebih sama dengan SK. KPU. No. 701/2003, pasal 2 yang menyatakan bahwa "Pengertian kampanye Parpol peserta Pemilu adalah salah satu cara yang dilakukan untuk meyakinkan para pemilih bukan anggota Parpol untuk mendapatkan dukungan sebesar-besarnya dengan menawarkan program-program Parpol melalui media massa, di ruang terbuka atau gedung pertemuan pada massa dan waktu yang telah ditetapkan oleh KPU".
Menurut Ruslan (2000:68), keberhasilan sebuah program kampanye tidak saja ditentukan oleh strateginya, tetapi juga perencanaan materi dan isi kampanye yang baik, menarik, jelas, dan langsung mengena pada sasaran. Untuk itu materi kampanye sebaiknya meliputi: tema atau topik isu yang menarik, tujuan kampanye, program atau perencanaan acara dalam kampanye, dan sasaran yang hendak dicapai. Jika kemudian kelompok sasarannya adalah petani maka yang mesti dipakai sebagai alat dan bahan kampanye adalah mestinya yang berhubungan dengan kebutuhan petani.
Kondisi umum partai politik adalah memiliki visi, misi dan program partai yang diharapkan mendapatkan respon positif bagi masyarakat pemilih secara luas. Hal ini juga dianggap dapat membangun citra partai maupun pencitraan tokoh-tokoh parpol yang berlanjut pada calegnya maupun kandidat presidennya. Akan tetapi, Partai politik yang hanya mengobral janji tanpa program yang jelas untuk bisa dirasakan langsung oleh masyarakat, cenderung ditinggalkan oleh konstituennya. Kenyataan itu sudah bisa ditunjukkan sebelum pemungutan suara dilakukan melalui polling yang dilakukan oleh berbagai lembaga survey yang dianggap kompeten. Dan semakin meyakinkan hasilnya setelah pemungutan suara 9 April 2009 dilakukan dan dengan cepat hasilnya kelihatan melalui Quick Count oleh berbagai lembaga dan Real Count yang dikeluarkan oleh KPU sebagai lembaga resmi pemilu Indonesia.
Pada akhirnya pemilu 2009 dimenangkan oleh Partai Demokrat secara nasional dan membuktikan bahwa pencitraan Partai Demokrat mengalami kemajuan yang pesat. Ini merupakan fenomena yang sangat menarik dalam perjalanan demokrasi Indonesia dan dalam pasang surutnya perolehan suara dua partai besar yang memiliki konstituen tradisional yang cukup kuat, yaitu Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Jika dibandingkan dengan kedua partai tersebut, baik dari usia partai, maupun jumlah tokoh nasional yang dimiliki serta pengalaman politik, maka Partai Demokrat berada sangat jauh. Akan tetapi hasil yang dicapai oleh partai Demokrat tentu saja mecengangkan dengan perolehan suara sah diatas 20%.
Elektabilitas partai Demokrat juga sangat menarik untuk diamati di daerah Kabupaten, khususnya di kabupaten Soppeng propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki penduduk yang sangat majemuk. Kabupaten Soppeng juga dikenal sebagai daerah pertanian yang menggantungkan sumber penghasilan asli daerah dari pertanian. Oleh karena itu, strategi kampanye yang diterima oleh konstituen di kabupaten Soppeng adalah kampanye yang berpihak kepada kepentingan petani untuk perbaikan nasib dan kesejahteraan petani. Dan partai Demokrat melakukan kampanye melalui program sosial dan program pertanian yang dirasakan langsung oleh masyarakat kabupaten Soppeng.
Jumlah kursi legislatif yang diperebutkan oleh parpol pada pemilu 2009 di kabupaten Soppeng adalah sejumlah 30 kuota kursi DPRD kabupaten. Sementara jumlah pemilih di kabupaten Soppeng yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) pada pemilu 2009 yaitu 171.884 orang pemilih. Jumlah pemilih tersebut tersebar pada Delapan kecamatan yang ada di kabupaten Soppeng. Kecamatan tersebut dikelompokkan dalam 4 distrik atau daerah pemilihan (dapil).
No. Kecamatan Jumlah DPT Dapil Kuota Kursi Perolehan Kursi
1 Marioriwawo 34602 I 6
2 Liliriaja 20724
II
10
3 Lilirilau 30514 1
4 C i t t a 6243
5 Lalabata 31788
III
7 1
6 G a n r a 8480
7 Donri-Donri 17881
IV
7 1
8 Marioriawa 21652
Total 171884 4 30 3

Sumber: KPU Kabupaten Soppeng, 2008

Untuk itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melihat Pengaruh Kampanye Program Kegiatan Sosial Partai Demokrat Terhadap Pemilih Petani dalam Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Soppeng. Olehnya itu, pemaparan lebih lanjut mengenai penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana pengaruh kampanye program kegiatan sosial partai Demokrat terhadap sikap dan prilaku pemilih petani dalam pemilu legilatif 2009 di Kabupaten Soppeng.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap masyarakat petani terhadap program kampanye kegiatan sosial yang dilakukan oleh Partai Demokrat di Kabupaten Soppeng?
2. Bagaimana Perilaku masyarakat petani terhadap program kampanye kegiatan sosial yang dilakukan oleh Partai Demokrat di Kabupaten Soppeng?
3. Bagaimana pengaruh kampanye program kegiatan sosial Partai Demokrat terhadap pemilih petani dalam pemilu legislatif 2009 di Kabupaten Soppeng?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sikap masyarakat petani terhadap program kampanye kegiatan sosial yang dilakukan oleh Partai Demokrat di Kabupaten Soppeng.
2. Untuk mengetahui Perilaku masyarakat petani terhadap program kampanye kegiatan sosial yang dilakukan oleh Partai Demokrat di Kabupaten Soppeng.
3. Untuk mengetahui pengaruh kampanye program kegiatan sosial Partai Demokrat terhadap pemilih petani dalam pemilu legislatif 2009 di Kabupaten Soppeng?



D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong para pemerhati dan peneliti kampanye untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih komprehensif.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para aktivis Partai Politik khususnya sehingga terbuka peluang yang lebih besar bagi Calon Legislatif untuk duduk di dalam lembaga legislatif.
3. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi partai politik, LSM, dan pihak lainnya untuk mengevaluasi strategi kampanye yang mereka terapkan.