Jumat, 21 Januari 2011

Tolong!!! Sahabat Saya Tertembak

Tolong!!! Sahabat Saya Tertembak



Sofyan yang tertembak (foto: okezone.com)
Sofyan yang tertembak (foto: okezone.com)
gambar proyektil yang bersarang di leher sofyan
gambar proyektil yang bersarang di leher sofyan

SOFYAN tertembak. Pesan itu saya terima di satu pagi melalui catatan seorang sahabat di Facebook. Nun jauh di Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar), Sofyan, sahabat yang berprofesi sebagai dosen tersebut tertembak di leher. Berposisi di tengah masssa yang sedang berdemonstrasi, alumni Ilmu Komunikasi, Fisip Unhas itu, menjadi sasaran empuk para penembak jitu di kepolisian. Tiga peluru tajam menembus tubuhnya hingga terkapar bersimbah darah.
Mulanya saya pikir ia akan sebagaimana sedia kala. Namun, dokter yang memeriksanya memberi pernyataan yang mengejutkan. Ternyata peluru itu menembus leher hingga tulang belakang ke pusat jaringan saraf. Ia divonis bakal menderita kelumpuhan dari leher hingga ke bawah. Bisakah kita membayangkan bagaimana seorang sahabat yang dulunya aktif dan lincah bergerak tiba-tiba mengalami kelumpuhan?
Saya mengenalnya sejak tahun 2001 saat ia terdaftar sebagai mahasiswa baru di Universitas Hasanuddin (Unhas). Ia aktif berorganisasi dan kerap terlibat dalam kepanitiaan organisasi. Fisiknya kekar dan gempal. Dalam beberapa kegiatan, ia pernah menjadi tim keamanan. Setahu saya, sahabat itu kerap meledak-ledak. Ia bukan tipe seorang yang sabar dan tenang duduk di satu tempat. Ia sangat loyal pada organisasi.
Saya ingat ia pernah menjadi ketua panitia Figur, kegiatan pelatihan buat mahasiswa baru. Ia sempat keringatan saat hendak memberikan sambutan. Tubuhnya basah kuyup. Namun momen itu menjadi momen penting yang kian menautkannya pada organisasi mahasiswa tempatnya bernaung. Ia membuktikan loyalitasnya sebagai aktivis kampus yang setia dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Menjadi aktivis memang nampaknya klise bagi sebagian orang. Kita sering menggeleng dan meremehkan ketika mendengar seseorang memilih aktif di jalan pedang, jalannya mereka yang mempertaruhkan kebenaran. Kita menganggapnya jalan sesat sebab bukannya jalan mereka yang hidup normal. Betapa kian pragmatisnya kita ketika mengabaikan mereka yang memilih jalan tersebut dan memperjuangkannya di tengah sinisme banyak orang.
Saya tak hendak larut pada sinisme tersebut. Saya tahu bahwa ruang gerak saya amat terbatas untuk berkata tidak pada sebuah rezim yang lalim atau menyampaikan isi hati yang menggelegak. Makanya saya sangat menghargai siapapun yang mendedikasikan hidupnya di jalan pedang. Saya tak pernah melihat mereka sebagai mahluk aneh yang mengorbankan masa muda untuk mengasah pedang konflik. Bagi saya mereka adalah pahlawan yang menyampaikan sesuatu di tengah barisan massa yang memilih menjadi batu. Dengan cara ini saya sangat mengapresiasi posisi Sofyan ketika berada di Sulbar, saat menjadi staf pengajar di universitas Asy’ariah, Polewali Mandar, Sulbar.
Bisa juga kita mengatakan bahwa ia hanya ikut-ikutan massa mahasiswa yang hendak mempertahankan aset kampus itu yang hendak digusur. Tapi apapun spekulasinya, yang jelas ia berada di tengah massa yang sedang meradang dan berdemonstrasi. Dan para aparat bersenjata itu tiba-tiba ikut beringas dan menghamburkan peluru pada warga sipil, pihak yang justru harus dilindunginya. Sofyan terkapar dan bersimbah darah. Saya sangat sedih ketika membayangkan sahabat yang berusia 27 tahun itu hanya bisa berbaring untuk menghadapi hari. Ia punya istri dan dua orang anak yang masih kecil. bahkan, saat ini istrinya tengah hamil muda. Apakah gerangan yang dilakukan sahabat muda itu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya? Saya hanya sanggup berempati.
Seorang kawan berbisik ia akan menjalani hari sebagaimana fisikawan Stephen Hawking di atas kursi roda. Namun, Sofyan bukanlah Hawking yang sebelumnya divonis penyakit ganas, dan punya momen untuk menenangkan dirinya secara psikologis dan memikirkan hendak ke mana. Sahabat saya itu lumpuh karena tertembak, sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, semacam petaka yang tiba-tiba jatuh dan menyapa. Kita memang tak pernah sanggup menebak teka-teki nasib sebagaimana Sofyan yang tak sanggup membaca ke mana arah larinya tiga butir peluru. Nasib serupa kisah tentang malaikat bertudung dan mebawa arit dan tiba-tiba saja memilih siapapun hanya berdasarkan selera hati.
Sungguh saya menyagka jika sang nasib memilih sahabat muda itu. Saya amat sedih hingga tak mampu berkata-kata. Setiap hari saya merindukan berita gembira dan keajaiban, sebagaimana yang pernah Tuhan titipkan pada beberapa manusia yang sedang ditimpa lara. Namun apa daya, berita yang saya dengar adalah vonis kelumpuhan dari dokter yang merawat.
Saat ini, beberapa teman tengah mengupayakan agar pelakunya dihukum seberat-beratnya. Dalam bayangan saya, aparat yang menembak itu mungkin saja kehilangan pekerjaan, namun ia masih bisa mencari pekerjaan pada jalur lain. Mungkin saja kelak ia akan menjadi bodyguard, atau pembunuh bayaran dengan keahliannya sebagai sniper yang pernah menjejalkan peluru ke leher Sofyan. Tidakkah ia berempati pada nasib korbannya yang mengalami kelumpuhan di saat mesti menghidup sebuah keluarga kecil?
Sementara bagi atasannya, kelumpuhan hanya dianggap sebagai efek samping dari sebuah operasi. Palingan, hukumannya adalah penundaan kenaikan pangkat, ataupun mutasi ke tempat baru, yang sesungguhnya menjadi dalih untuk melindungi karier. Kita memang hidup di sebuah dunia di mana penderitaan orang lain hanya dilihat sebagai penanda kecil dari sebuah berkas laporan. Kita susah menemukan kebesaran hati yang bersedia mengakui kesalahan dan bersedia untuk meletakkan jabatan sebagai wujud jiwa besar atas kesalahan. Di negeri ini kebesaran hati tiba-tiba saja menguap, tanpa meninggalkan jejak.
Rasa-rasanya suara ini kian parau ketika membahas tentang kesedihan atas Sofyan. Saya tak bisa menolerir pilihan untuk memuntahkan peluru pada warga sendiri. Mengapa harus Sofyan yang ditembak? Mengapa bukan Gayus Tambunan? Sejuta pertanyaan bersarang di benak ini. Kita seakan kembali ke zaman koboi ketika pistol setiap saat bisa menyalak, dan tiba-tiba ada tubuh yang rebah dan bersimbah darah, tanpa alasan jelas.
Saya tak sekadar memikirkan Sofyan, saya memikirkan bahwa siapapun bisa menjadi korban berikutnya. Siapapun dan di manapun posisi kita pasti akan berhadapan dengan risiko menjadi sasaran tembak dari sebuah rezim. Kita sedang hidup dalam situasi ketidakamanan. Kita adalah rakyat yang ternyata tak dilindungi kekuatan besar bernama negara. Konsensus dan janji untuk melindungi itu tak lebih bualan dari para pemodal yang menguasai negeri para cukong ini. Dalam berbagai situasi, sebuah peluru bisa menyalak dan menembus tubuh hingga terkapar. Dan kita hidup di atas bara ketidakadilan hingga seribu pertanyaan menguap di kepala kita.
Dalam situasi seperti ini, di manakah posisi pemerintah? Di manakah posisi aparat? Mereka memang melindungi kita sebagai warga negara. Tapi bukankah kalimat itu hanya tercantum di konstitusi sebagai barang sakral yang dijaga-jaga? Bukankah kalimat itu tak pernah menjadi baju zirah yang melindungi Sofyan dari bahaya yang mengancamnya sebagai warga?
Maafkan karena saya tak sanggup berkata-kata lagi. Saya hanya bisa menangis lirih ketika mendengar isak sedih istri dan anak-anak Sofyan di belahan bumi sana. Di negeri ini, tangis sedih menjadi nyanyi sunyi yang terus terabaikan. Tangis sedih tak lagi menggetarkan. Hanya menjadi sebuah dengungan yang setelah itu lenyap. Dan di sana, di Sulawesi Barat, seorang sahabat hanya bisa berbaring di rumah karena tak sanggup menggerakkan tubuh. Di sana, seorang sahabat tengah mengetuk pintu hati kita. Seorang sahabat yang masih sangat muda.(*)
CATATAN:
-          Sumbangan untuk pengobatan Sofyan bisa disalurkan  melalui Bank Mandiri no. rek. 103 000 4641870 An Syaista Nur BCA no. rek. 07514 30492 an Syaista Nur
-          Berita tentang tertembaknya Sofyan bisa dibaca di:
-          http://news.okezone.com/read/2011/01/18/340/415184/dosen-tertembak-kapolri-diminta-bertanggung-jawab
-          http://www.kedaiberita.com/Indo-Barat/bentrok-unasman-seorang-dosen-ditembak.html
-          http://nasional.vivanews.com/news/read/199427-dosen-tertembak–kampus-mengadu-ke-komnas-ham
-          http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/01/14/120587/Dosen-Unasman-Korban-Penembakan-Masih-Kritis

KAMPANYE SOSIAL

Sebagian besar masyarakat termasuk pekerja sosial dan organisasi nirlaba menganggap dunia atau sektor sosial berseberangan dengan dunia komersial apalagi bidang pemasaran (marketing). Menarik diketahui bahwa ada kaitan erat antara dunia pemasaran dan organisasi nirlaba.
Kampanye sosial bukanlah suatu fenomena baru. Mereka telah ada sejak zaman dahulu. Pada jaman Yunani dan Roma Kuno, kampanye-kampanye diadakan untuk membebaskan budak-budak. Di Inggris selama Revolusi Industri, kampanye-kampanye disusun untuk menghapuskan tawanan-tawanan yang berdosa/memiliki hutang (debtor prisons), mengakui hak suara wanita, dan menghapuskan pekerja anak.
Untuk memahami lebih jauh, bagaimana hubungan antara keduanya, ada baiknya memahami lebih dahulu, pengertian dari organisasi nirlaba, pemasaran secara umum dan pemasaran sosial.

Organisasi Nirlaba (Non-Profit)
Organisasi nirlaba adalah lembaga kemasyarakatan dari pemberi jasa tertentu sampai memperjuangkan isu tunggal tanpa memperhitungkan imbalan laba. Prinsip kerjanya membangun jejaring kerjasama antarsesama. Organisasi nirlaba bersifat non-pemerintah dan non-bisnis dan menempatkan diri jadi kelompok madani.
Dalam menjalankan program-programnya, organisasi nirlaba memperoleh sumbangan dari luar dan dalam negeri. Organisasi semacam ini pada dasarnya merupakan artikulator aspirasi serta membangun keberdayaan masyarakat dari bawah. 
Menurut sejarahnya, organisasi nirlaba di Indonesia lahir karena perubahan zaman menuntut partisipasi publik dalam membangun sasaran ekonomi, sosial dan lingkungan yang langgeng. Oleh karena gagasan non-ekonomi perlu artikulator sosial maka organisasi nirlaba menjadi wakil aspirasi Madani. Dalam perjalanannya, organisasi nirlaba melahirkan jejaring kekuatan sehingga kemudian menjadi “agen” dari perubahan. Di sinilah kemudian kuncinya, mengapa organisasi nirlaba menjadi penting. Karena ia menjadi wahana penghubung antara masyarakat Madani dengan pemerintah dan pengusaha.
Marketing (Pemasaran) 
  Philip Kottler, ahli pemasaran asal Amerika Serikat, mendefinisikan istilah “pemasaran” secara umum sebagai “upaya memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui kegiatan tukar-menukar atau jual-beli. Tetapi “marketing” menurutnya lagi, lebih dari salah satu strategi penjualan. Pemasaran adalah sebuah rangkaian kegiatan yang dimanfaatkan untuk memperoleh perhatian dari pembeli potensial, memotivasi calon pembeli agar membeli, mendapatkan mereka untuk sungguh membeli, dan berusaha mengajak mereka membeli dan membeli lagi. Tetapi ada juga yang mendefinisikan pemasaran sebagai cara pihak yang menjual sesuatu dalam mendefiniskan/menjelaskan, mempromosikan, dan mendistribusi produk serta memelihara hubungan dengan pembeli dan calon pembeli. Menurut ahli pemasaran Indonesia,  Hermawan Kertajaya, pada prinsipnya marketing adalah sesuatu yang sangat sederhana. Yaitu, seni “menjual” diri (selling self) atau organisasi. Apabila seseorang atau organisasi mempraktikkan prinsip-prinsip: promosi tanpa memaksa, memahami dan menerapkan  positioning secara tepat, memahami  branding  dan diferensiasi berarti orang atau lembaga tersebut telah mempraktikkan marketing.
Dasar-dasar Marketing
 Dasar-dasar pemasaran dikenal sebagai “4 P” dalam bahasa Inggris. Setiap “P” berkontribusi terhadap  marketing mix, sebuah ‘formula’ dalam menjalankan strategi pemasaran. Berikut ini adalah penjabarannya: 1. Produk
Barang atau jasa pelayanan yang ditawarkan kepada calon pembeli atau pelanggan. Ada beberapa hal berkaitan dengan produk yang selalu perlu dievaluasi oleh penjual atau pemberi jasa.
2. Pricing
Harga/nilai produk atau layanan.
3. Place (tempat)
Tempat, lokasi atau saluran distribusi adalah cara menyediakan produk untuk konsumen.
4. Promosi
Adalah gabungan atau mix dari periklanan, penjualan pribadi, promosi penjualan dan kehumasan yang digunakan perusahaan untuk mendukung tujuan-tujuan periklanan dan marketing.
Social Marketing (Pemasaran Sosial)

Pada dasarnya social marketing adalah strategi “menjual” gagasan untuk mengubah pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat. Berdasarkan pengalaman, penerapan strategi pemasaran dalam dunia sosial terbukti dapat memberdayakan organisasi dalam memperoleh dukungan untuk melanjutkan hidupnya, antara lain dalam memperoleh sumber dana potensial yang berasal dari masyarakat secara luas (fund raising). 
Perbedaan mendasar antara “pemasaran komersil” dan “pemasaran sosial”, menurut  Andreason, adalah pada prinsip “4 P” yang dikenal sebagai marketing mix. Di dunia bisnis “4P”, adalah  promotion (promosi),  price (harga), product (produk) dan place (tempat). Dalam pemasaran sosial ada dua hal lain yang membuat berbeda, yaitu adanya partnership (kemitraan) dan policy (kebijakan).
Pada prinsipnya, praktik pemasaran sosial tak ada artinya apabila kemitraan tidak dijadikan tujuan organisasi. Demikian pula tak ada artinya upaya mengubah perilaku melalui pemasaran sosial apabila tidak diikuti atau dilanjutkan dengan upaya mendorong tersusunnya sebuah kebijakan. Yang jelas penerapan social marketing, tujuannya bukan semata-mata  fund raising (memperoleh dana) karena dalam kenyataan social marketing juga berarti menyampaikan gagasan secara efisien dan tepat. 
Di dunia bisnis kini perusahaan dinilai “besar” oleh capital market dan berbuat baik. Di dunia bisnis kini perusahaan dinilai “besar” oleh capital market danpublik apabila melakukan kebaikan demi kemanusiaan.” Sebagaimana dituangkan Kotler bersama rekannya Nancy Lee dalam bukunya “Corporate Social Responsibilty”, dengan istilah “Doing Great by Doing Good”. 
Pentingnya social marketing
Prof. Dr. Emil Salim berpendapat, organisasi nirlaba dapat menggunakan strategi  social marketing untuk mempengaruhi kelompok sasaran agar secara sukarela menerima, menolak, menanggalkan atau mengubah suatu sikap dan perilaku bagi kemajuan individu, kelompok dan keseluruhan masyarakat. Praktik social marketing paling mendasar adalah dengan mengaitkan nilai inti (core value) organisasi nirlaba dengan perubahan perilaku masyarakat yang diperlukan. Tentu saja social marketing berperan penting karena dapat menganalisa perilaku berdasarkan nilai-nilai yang berlaku, memilih kelompok sasaran dan perilaku yang perlu diubah serta “menjual” gagasan perubahan.
Penerapan social marketing menurut sosiolog,  Dr. Linda D. Ibrahim, memungkinkan organisasi melakukan analisa, perencanaan, dan pengawasan terhadap implementasi program.
Peran Pemasaran Sosial dalam Perubahan Sosial 
Pemasaran sosial mengantisipasi masalah-masalah sosial yang terjadi dalam proses perubahan sosial. Pemasaran sosial berperan dalam mengarahkan perubahan melalui perencanaan (planned social change). Tetapi memasarkan ide sosial tidak semudah menjual produk barang. Perubahan sosial sebagai suatu proses mencerminkan dan atau terkait dengan dinamika sosial yang menghasilkan dampak positif maupun negatif dalam masyarakat. Dinamika perubahan struktur sosial, dapat terkait dengan jumlah penduduk, strata sosial,  kelompok sosial, isntitusi sosial, kebijakan dan masih banyak lagi. 
Perubahan yang terjadi berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Ini berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat tersebut. Penting memahami dan mengkaji masyarakat di mana perubahan sosial itu terjadi.
Pembangunan sendiri berupaya untuk mengarahkan perubahan ke arah positif sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Masalahnya pada tahap implementasi program pembangunan masalah-masalah sosial tidak terhindarkan. Kegiatan pemasaran komprehensif harus mempertimbangkan semua unsur agar keberhasilan menjual barang tercapai.
Isu dan Perubahan Sosial
 Pelaku pembangunan membutuhkan kemampuan dan ketrampilan untuk memahami serta mengelola isu sosial yang muncul di masyarakat. Umumnya isu sosial berkembang seiring dengan proses perubahan sosial. Saat ini isu-isu sosial yang tidak  ada habis-habisnya adalah seputar ”korupsi”, ”bencana alam Tsunami”, ”narkoba”, ”lingkungan hidup”, ”pemberdayaan masyarakat”, ”flu burung”, ”krisis kepercayaan” dan sebagainya. 
Dibutuhkan strategi yang komprehensif untuk mengelola isu sosial yang nantinya diharapkan dapat mengubah perilaku individu, kelompok bahkan masyarakat luas. Kampanye sosial adalah bagian dari promosi pemasaran sosial. Langkah awal yang perlu dilakukan untuk membuat kampanye sosial adalah analisa situasi. Analisa situasi internal untuk mengenal aktor terkait, baik kemampuan organisasi dan eksternal untuk memahami isu sosial. Kemudian, mempelajari isu yang dihadapkan pada masalah sosial atau dilema dari karakter utama, bisa terkait dengan suatu kebijakan. Setelah mengidentifikasi karakter isu maka dapat dirumuskan berbagai pertanyaan terkait dengan isu tersebut.
Riset sosial adalah tulang punggung dari pemasaran sosial. Informasi penting yang diperoleh dari riset adalah info lengkap tentang isu sosial yang sedang dihadapi. Riset juga sangat penting untuk merumuskan strategi dalam menghasilkan konsep yang tepat agar mampu menumbuhkan kepedulian dan mau berderma sebagai Social Marketing ”output” kampanye sosial. Berbagai metode penelitian sosial dapat digunakan untuk meneliti karakter dari isu sosial. Apabila kerangka besar isu sosial telah diperoleh maka organisasi dapat menyusun rencana strategis dengan obyektif dan tindakan sosial yang akan ditempuh. 
 Situasi sosial, menurut Linda, antara lain dapat diketahui dengan lebih tajam apabila meminjam mata sosiologi (sociological eye). Dengan memahami prinsip-prinsip sosiologis dalam meneropong dan mengeksplorasi situasi organisasi. Bahwa yang paling perlu sebelum sampai ke tahapan ini adalah menata organisasi terutama untuk membangun kepercayaan (building trust).

Kamis, 20 Januari 2011

andai aku gayus tambunan


Apa pun yang Anda perbuat hari yang berhubungan dengan Gayus Tambunan, 
pasti akan heboh. Fenomena Gayus yang tiba-tiba menjadi selebriti nampaknya 
dapat menjadi inspirasi dan komoditas bagi siapa pun. Termasuk Bona.
 Sebuah lagu iseng yang tiba-tiba meledak dilantungkan oleh penciptanya sendiri
tanah Gorontalo. Sebuah provinsi mudah yang juga pernah heboh karena 
pak Fadel Muhammad berhasil menjadikan daerah ini sebagai penghasil jagung
yang  hebat.

Namun jangan anggap bahwa Gayus pernah jalan-jalan ke Gorontalo sebab dia 
tidak alergi Jagung yang memang bagi sebahagian orang adalah sumber karbohidrat
yang murahan. Itu tentu saja bukan kelasnya Gayus. Sebuah lagu dari Bona adalah
gelitik bagi semua bahwa betapa wajah hukum kita berada di pantat Gayus. 

Hukum itu tegak bagi orang kecil, dan dapat dibeli oleh mereka yang berduit. Keadilan
sangat mahal di negeri yang bernama Indonesia, yang hanya diatur oleh sekelompok 
orang tertentu. Kita hanya orang-orangan yang cenderung tidak dianggap. Makanya
tidak perlu lagi heran kalau banyak yang ingin seperti Gayus Tambunan,,,, mungkin itu 
cara yang paling Adil.......

salam untuk Gayus dan Bona, dari aku: HERMAN LILO

"ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN"
 
G Gm G Gm
Gm           F#    Bm
11 maret diriku masuk penjara
Bm    Em         Cm              Gm
Awalku menjalani... proses masa tahanan
Dm  Gm               Dm         Bm   Em  Bm
Hidup dipenjara sangat berat kurasakan
F#m Em    G         Cm     F#m      Dm
Badanku kurus karena beban pikiran

Em     Gm     Em            D      Bm
Kita orang yang lemah tak punya daya apa apa
Bm   Dm        C   Em        C     Em   Dm
Tak bisa berbuat banyak seperti para koruptor

Reff:
Gm           G        Bm          D  Bm
Andai ku gayus tambunan yang bisa pergi ke bali
D  Cm         C       Em         Gm
Semua keinginannya pasti bisa terpenuhi
   G       Gm   Bm Gm           D       Bm
Lucunya dinegeri ini....... hukuman bisa dibeli
D    Cm       Em      Cm     C  Em  Em Gm G
Kita orang yang lemah pasrah akan keadaan

Am  Gm    Bm            D Bm
7 oktober ku bebas dari penjara
D  C          Em    C             Em Gm
Menghirup udara segar... lepaskan penderitaan
Gm                Bm
Wahai saudara dan para sahabatku
D   C   Em     Cm   C     Em     D      Dm
Lakukan yang terbaik jangan engkau salah arah

Back to Reff
         Gm   Bm       D Dm
Biarlah semua menjadi kenangan
F#   Cm   Em  Cm       Em    Dm       D F# Dm
kenangan yang pahit... dalam hidup ini

Back to Reff

Kamis, 13 Januari 2011

Langkah Sukses Membuat Karya Tulis Ilmiah


Akhir-akhir ini kita dibuat terperanjat oleh berita di koran Kompas, 27 Maret 2009 yang menuliskan bahwa banyak guru PNS yang sulit sekali untuk naik pangkat. Jumlahnya sangat fantastis atau bisa dikatakan cukup banyak. Para guru PNS di tingkat DIKDASMEN sulit mencapai pangkat di atas IV/A karena kemampuan mereka membuat karya Tulis Ilmiah (KTI) masih lemah padahal membuat KTI menjadi salah satu syarat kenaikan pangkat. Dari data Badan Kepegawaian Nasional (BKN) 2005, sekitar 1,4 juta guru berstatus PNS. Umumnya berada di pangkat III/A sampai III/D yang jumlahnya mencapai 996.926 guru. Adapun di golongan IV ada 336.601 guru, dengan rincian golongan IV/A sebanyak 334.184 guru, golongan IV/B berjumlah 2.318 guru, golongan IV/C sebanyak 84 guru, dan golongan IV/D ada 15 guru.

Mengapa banyak guru yang kesulitan dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah? Hal ini dikarenakan belum banyak guru yang memahami dan mengenal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga wajar saja apabila banyak guru yang mengalami kesulitan dalam pembuatan karya tulis ilmiah. Lalu mengapa membuat karya tulis ilmiah itu dianggap sulit oleh guru? Apa yang menyebabkan para guru tidak mampu untuk membuat karya tulis ilmiah? Lalu langkah apa yang harus dilakukan oleh para guru agar sukses membuat KTI?
Berikut ini penulis sharing-kan beberapa langkah sukses dalam membuat karya tulis ilmiah yang penulis alami sendiri sebagai seorang guru dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Komitmen
Teman-teman guru harus memiliki komitmen yang tinggi dalam membuat sebuah karya tulis. Jangan sampai anda dikalahkan oleh diri sendiri. Komitmen adalah suatu janji pada diri kita sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tindakan kita. Harusnya, sekali kita komit, maka kita akan selalu mempertahankan janji itu sampai akhir. Setiap orang dari kecil sampai dewasa pastilah pernah membuat komitmen, meskipun terkadang komitmen itu seringkali tidak diucapkan dengan kata-kata.
Guru harus bisa melawan kemalasan diri. Ketika seorang guru memiliki komitmen yang tinggi untuk membuat sebuah karya tulis, maka keberhasilan akan ada di depan mata. Orang-orang yang sukses dalam membuat karya tulis adalah orang-orang yang memiliki komitmen dengan dirinya sendiri. Ketika ia telah berjanji dengan dirinya sendiri, maka dengan penuh kesadaran tinggi memenuhi janji yang telah diucapkannya.

2. Konsisten
Seringkali kita tak konsisten dengan apa yang telah kita janjikan pada diri sendiri. Rutinitas kerja telah membuat kita menjadi inkonsistensi terhadap janji yang kita ucapkan. Hal inilah yang banyak terjadi pada teman-teman guru. Mereka tidak konsisten dalam membuat karya tulis. Wajar saja apabila mereka tak berhasil menyelesaikannya, karena untuk berhasil membuat sebuah karya tulis dibutuhkan konsistensi yang terus menerus dan jangan pernah berhenti menulis. Bila ada hambatan yang datang menghadang, Jangan lantas langsung menyerah. Hadapi terus dan banyak bertanya pada ahlinya. Bila kemudian kendala yang dihadapi sangat tinggi, maka anda perlu bantuan orang lain. Banyak bantuan yang bisa anda peroleh, selain membaca buku, dan bisa mencarinya lewat internet, atau carilah teman yang bisa anda ajak untuk berdiskusi. Atau ikuti beberapa workshop PTK yang dilakukan oleh para dosen di perguruan tinggi.
Banyak orang beranggapan kalau konsisten itu berarti harus selalu sama, tidak boleh bervariasi atau ada kontradiksi. Konsistensi juga menunjukkan integritas kita sebagai seorang pribadi. Konsisten itu bagai pedang bermata dua, bisa ke arah positif dan sebaliknya bisa juga ke arah negatif. Sehingga sikap berhati-hati sangat penting untuk dipakai sebagai pendamping sikap konsisten. Jangan sampai sikap konsisten kita itu malah menjadikan kita lebih buruk dan tidak meningkatkan kualitas hidup kita sebagai manusia. Jangan karena khawatir dianggap tidak konsisten lalu kita takut berubah, padahal perubahan tersebut akan membawa kita kepada kebaikan. Para guru yang ingin berubah, harus merubahnya dengan cara menulis. Dengan konsisten menulis, para guru akan mendapatkan kesuksesan menjadi seorang penulis.

3. Kerja Keras
Sebagai seorang guru yang hampir setiap semester membuat laporan karya tulis ilmiah, saya merasakan sendiri bagaimana kita harus bekerja keras dengan penuh keuletan dalam melaporkan karya tulis. Di saat orang lain mungkin tertidur lelap, penulis masih terus mengetik, menganalisis apa yang terjadi di kelas, melihat, dan menilai hasil pekerjaan siswa, dan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dibutuhkan semangat yang tinggi serta motivasi internal yang hebat agar karya tulis kita dapat terwujud. Kerja keras adalah gerbang utama berikutnya yang harus dikerjakan oleh mereka yang ingin sukses dalam menuliskan karya tulisnya.
Dalam dunia kerja, seorang professional bukan hanya lahir karena modal kepintaran saja tetapi juga karena kerajinan dan ketekunan serta kerja keras. Orang pintar tetapi malas akan dikalahkan oleh orang yang kurang pintar tetapi rajin. Bayangkan apa jadinya bila orang pintar sekaligus rajin, tekun dan pekerja keras. Jadi fungsi dan peranan kerja keras tidak bisa diabaikan. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah anda harus bekerja keras menyusun sebuah karya tulis yang enak dibaca dan komunikatif. Tak ada keberhasilan yang dihasilkan tanpa kerja keras. Begitu pun dalam membuat karya tulis ilmiah yang bermanfaat untuk orang lain.

4. Kerja Cerdas
Banyak teman-teman guru yang bertanya pada saya kenapa sulit membuat sebuah karya tulis ilmiah. Rata-rata dari mereka tak pernah bekerja cerdas dalam mengaplikasikan apa yang ada dalam alam pikirannya. Waktu yang 24 jam diberikan oleh Tuhan pemilik bumi kepada kita harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Di sinilah kita dituntut untuk berpikir dan bertindak cerdas dalam membuat sebuah karya tulis. Gunakan waktu sebaik mungkin. Bagilah waktu dengan baik. Anda sendiri yang menentukan kapan saatnya untuk menulis, dan kapan saatnya untuk berinteraksi dengan teman lainnya untuk mendapatkan masukan. Ketika kecerdasan kita dalam mengatur waktu sudah teratasi dengan baik, maka keberhasilan dalam membuat tulisan terlihat jelas di depan mata.
Bekerja cerdas bukan hanya dalam perkataan tetapi menyatu dalam perbuatan nyata. Seringkali kita menghadapi kenyataan bahwa kita sulit sekali membagi waktu, belum lagi banyaknya pekerjaan yang menumpuk di depan mata. Di sinilah kita harus bekerja cerdas dengan cara sedikit demi sedikit mencicil pekerjaan kita. Jangan pernah menunda-nunda pekerjaan. Di dalam melaporkan penelitian kita pun harus demikian, harus di catat, dan kemudian kita pindahkan dalam bentuk laporan penelitian. Di sinilah kita harus bekerja cerdas agar kita dapat membuat karya tulis yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tak ada orang yang sukses menulis karya tulis tanpa kerja cerdas.

5. Kerja Ikhlas
Dalam membuat sebuah karya tulis yang komunikatif dibutuhkan kerja ikhlas yang tak mengharapkan imbalan apapun. Kalaupun ternyata nanti ada imbalannya itu berangkat dari kerja ikhlas kita. Bila niat kita ikhlas bahwa dari menulis ini akan memperbaiki kinerja kita sebagai guru, maka anda akan merasakan sebuah kekuatan super (auto sugesti power) akan membantu anda mewujudkan ide-ide anda ke dalam bentuk tulisan. Tulisan yang berbobot adalah tulisan yang komunikatif dengan pembacanya dan memberikan pencerahan kepada siapa saja yang membacanya. Hal ini disebabkan oleh sebuah keikhlasan dari si penulis yang mampu membuat sebuah tulisan menjadi enak dibaca dan interaktif dalam mengungkapkan pendapat. Ingatlah bila kita bekerja ikhlas, maka Allah pun akan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
Kerja ikhlas hendaklah menjadi bagian dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah. Ketika niat kita ikhlas karena untuk saling berbagi ilmu pengetahuan, maka akan muncul segala kemudahan yang terbentang di depan mata. Hal ini sering penulis alami ketika mengalami kebuntuan dalam membuat karya tulis. Namun, karena niat penulis ikhlas, ada saja pertolongan Allah yang membuat penulis serasa mendapatkan ide-ide baru dalam menuliskan apa yang penulis pikirkan. Ingatlah, kerja ikhlas akan membantu anda dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah, karena tak ada beban yang anda alami.

6. Kerjasama/ Kolaboratif
Pekerjaan yang baik dan obyektif dalam proses pembelajaran di kelas adalah bila dilakukan bersama dengan teman sejawat. Kolaboratif harus senantiasa kita lakukan agar kualitas pembelajaran kita di kelas menjadi semakin berkualitas. Kesendirian akan membuat kita menjadi orang yang egois, dan menganggap diri kitalah yang paling benar. Bila kita berkolaborasi, maka kita akan banyak mendapatkan masukan dari teman sejawat lainnya tentang apa yang telah kita lakukan.
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, sebaiknya anda juga mendiskusikannya dengan teman sejawat. Jangan sampai anda hanya mengungkapkan pendapat pribadi anda sendiri yang sifatnya subyektif, dan cenderung menyalahkan yang lain. Tak ada yang lebih baik selain melakukan kolaboratif dengan teman sejawat. Bila anda terpaksa harus sendirian, carilah teman yang anda anggap dapat dijadikan teman untuk berdiskusi tentang masalah penelitian tindakan kelas yang sedang anda lakukan. Kerjasama yang dibina dengan baik akan memudahkan anda dalam mengatasi kesulitan yang anda alami dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah.
Tak ada karya tulis yang baik tanpa kerjasama semua pihak. Anda bisa buktikan dari semua kata pengantar yang dibuat oleh guru yang telah berhasil membuat karya tulisnya. Di sanalah tertulis ucapan terima kasih dari orang-orang yang membantunya.
7. Koneksi
Tak ada orang yang sukses saat ini tanpa memiliki koneksi dengan orang lain. Dalam dunia persekolahan anda harus bisa bersinergi dengan kepala sekolah anda yang merupakan orang nomor satu di sekolah. Jangan dilupakan peran kepala sekolah. Karya tulis ilmiah yang anda buat tidak ada artinya bila belum disetujui oleh kepala sekolah. Apalagi bila karya tulis itu diajukan untuk kenaikan pangkat atau mengikuti lomba. Jadi koneksi ini sangat penting artinya bagi kita sebagai penulis sekaligus peneliti. Dalam penelitian tindakan kelas, proposal penelitian yang kita buat harus terlebih dahulu disetujui oleh kepala sekolah. Tanpa persetujuan kepala sekolah agak sulit bagi kita mewujudkannya dalam pelaksanaan penelitian.
Dalam lomba-lomba karya tulis ilmiah yang telah penulis ikuti, tak ada satu pun finalis lomba yang tak memiliki koneksi. Mereka bisa berhasil ke Jakarta dan menjadi finalis lomba karya tulis ilmiah karena adanya koneksi dari sekolahnya. Jadi konekasi ini sangat penting bagi guru yang akan membuat karya tulisnya.

8. Kemauan Kuat
Dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah dibutuhkan kemauan kuat dari diri sendiri untuk mewujudkannya. Tanpa kemauan yang kuat jangan berharap karya tulis anda berhasil dibuat. Kemauan kuat akan menjadikan karya tulis yang anda buat menjadi hidup dan lebih bermakna.
Kemauan yang kuat akan membuat ada memiliki kekuatan maha dahsyat yang membuat anda merasa mudah dalam melakukan penelitian dan melaporkannya dalam bentuk karya tulis. Tanpa kemauan yang kuat jangan berharap anda berhasil dalam membuat karya tulis ilmiah yang bermanfaat untuk orang lain.

9. Kontekstual
Karya tulis yang dibuat sebaiknya sesuai dengan keadaan nyata di lapangan atau di kelas. Tulislah sesuatu yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa dan juga guru sehingga tujuan penelitian tercapai. Buatlah sebuah pengalaman nyata dalam karya tulis anda. Pengalaman nyata itu benar-benar hasil perenungan yang mendalam dari refleksi diri selama anda melakukan pembelajaran.
Banyak teman-teman guru yang menuliskan pengalamannya itu dalam bentuk laporan penelitian tindakan kelas. Isinya sangat bagus dan membuat siapa saja yang membacanya merasa mendapatkan pencerahan. Apa yang dituliskan memang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata kita sehari-hari, dan mereka telah berhasil mencari solusinya.

10. Kredibel
Karya tulis yang dibuat sebaiknya karya tulis yang benar-benar dibuat sendiri, sehingga tingkat kepercayaannya sangat tinggi. Karya tulis itu harus kredibel di mata sesama teman sejawat dan juga diketahui oleh kepala sekolah. Bila teman sejawat dan kepala sekolah telah mempercayai, maka anda bisa mempublikasikannya dalam forum MGMP atau tingkat yang lebih luas lagi. Ketika karya tulis yang dibuat kredibel, maka kepala sekolah dan juga kepala dinas pendidikan setempat akan dengan senang hati menyetujui dan menandatangani karya tulis ilmiah anda.
Pernah suatu ketika dosen saya di pascasarjana bercerita pada saya. Waktu itu beliau menceriatakan bahwa banyak guru yang karya tulisnya dibuatkan oleh orang lain dan banyak yang copy and paste. Wajar saja apada kahirnya banyak lapaoran KTI guru yang menjadi tidak kredibel. Kurang dipercaya oleh tim penilai.

11. Kerja Tuntas/ Ketuntasan
Karya tulis yang anda buat jangan di nanti-nanti dan jangan di tunda-tunda. Segera tuntaskan sampai selesai sesuai dengan jadwal yang anda rencanakan dalam proposal penelitian. Permaslahan yang dihadapi oleh para guru dewasa ini adalah banyak sekali guru yang tak menuntaskan tugas yang diembannya. Apalagi banyak guru  yang tidak tuntas dalam melaporkan hasil penelitiannya.
Selain kerja keras, kerja ikhlas, dan kerja cerdas, dibutuhkan juga kerja tuntas agar apa yang kita tuliskan benar-benar holistik. Kita tak menilai siswa dari satu sisi saja, tetapi kita menilai mereka dari semua sisi dan dari sudut pandang yang berbeda. Ketika kerja tuntas telah kita lakukan, maka kesuksesan kita dalam membuat sebuah karya tulis ada di depan mata. Biasakanlah selalu bekerja tuntas.

12. Kejujuran
Hendaknya karya tulis yang dituliskan harus dilandasi dengan kejujuran. Jangan memasukkan data yang tak sesuai dengan kenyataan lapangan. Peneliti harus jujur menyampaikan data temuannya. Kejujuran harus menjadi panglima kita dalam membuat karya tulis ilmiah.
Sebagai guru anda harus satu kata antara perkataan dan perbuatan. Jangan sampai apa yang anda tuliskan, ternyata dalam kenyataannya tidak anda lakukan. Janganlah membuat sebuah karya tulis ilmiah dari laporan penelitian tindakan kelas yang bukan berasal dari apa yang anda lakukan sehari-hari. Anda harus jujur dalam membuat sebuah karya tulis. Ketika tulisan anda dilandasi dengan kejujuran, maka pintu gerbang kesuksesan dalam membuat karya tulis ilmiah akan terbuka lebar-lebar.

13. Ketelitian/kecermat an
Membuat sebuah karya tulis ilmiah dibutuhkan ketelitian dalam membuatnya, karena itu seorang guru harus teliti dalam membuat karya tulisnya. Tanpa ketelitian yang tinggi, jangan harap karya tulis anda berhasil dibuat dengan baik. Dalam sebuah penelitian, faktor ketelitian sangatlah penting, karena disinilah proses analisis data diperoleh. Oleh sebab itu di setiap laporan PTK ada satu bab yang khusus menuliskan hasil penelitian kita. Di sinilah ketelitan kita dalam meneliti akan teruji.

14. Kesabaran
Kesabaran akan membuahkan keindahan. Dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah dibutuhkan kesabaran. Baik dalam pembuatan proposalnya, prosesnya dan pelaporannya. Tanpa kesabaran yang tinggi karya tulis anda akan menjadi sebuah laporan yang terkesan tergesa-gesa.
Karya tulis yang baik adalah karya tulis yang runut metodologinya, enak bahasanya, dan dilengkapi dengan kajian pustaka yang tidak asal comot. Semua itu dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dalam menyatukannya ke dalam bentuk karya tulis ilmiah.

15. Kreativitas
Kreativitas adalah sesuatu yang baru atau sesuatu yang lebih baru. Guru dituntut kreatif dalam membuat karya tulisnya sendiri. Perlu kreativitas yang tinggi dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah yang memikat hati. Guru harus lebih kreatif dalam membuat karya tulisnya sendiri. Bukan sekedar menggunakan metode ATM (Amati Tiru Modifikasi), tetapi lebih dari itu. Jangan sampai apa yang dituliskan ternyata telah diteliti pula oleh guru lainnya. Boleh saja masalahnya sama, tetapi harus dibuat dalam gaya tulisan berbeda.
Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti berbagai lomba, khususnya lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran tingkat nasional di tahun 2008, karya tulis yang dibuat oleh teman-teman guru adalah karya tulis yang memiliki kreativitas yang tinggi. Hal ini penulis peroleh dari judul-judul meraka yang sangat berbeda dari judul-judul karya tulis yang pernah penulis lihat dari karya tulis guru lainnya.

16. Kondusif/ keadaan yang baik
Karya tulis yang dibuat oleh guru harus menunjukkan suasana yang kondusif dalam melakukan tindakan perbaikannya. Ketika suasana kondusif terpenuhi, maka guru akan dengan mudah melakukan penelitiannya. Ketika penelitiannya telah selesai dalam suasana yang kondusif, maka pelaporannya pun akan dengan mudah diselesaikan dengan baik oleh guru yang bersangkutan.
Penulis merasakan sendiri, bila suasana sekolah kondusif, kita akan dengan mudah melakukan penelitian kita dan melaporkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Lalu bagaimana bila ternyata suasana sekolah tidak kondusif? Kita sendirilah sebagi guu yang harus merubah keadaan ini. Gur harus menjadi motivator dalam lingkungannya sendiri. Guru harus pantang menyerah dalam keadaan apapun.

17. Keragaman
Karya tulis yang anda buat disarankan beragam. Sistematika penulisan laporan PTK boleh seragam, tetapi penyampaian laporan dan isinya disarankan seragam. Keragaman sangat diperlukan dalam mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan baru dalam bidang pendidikan. Semakin banyak guru yang membuat karya tulis ilmiahnya, maka semakin beragam pula khasanah ilmu pendidikan yang akan kita dapatkan.
Kurikulum lama telah mengajarkan pada kita untuk senantiasa seragam dalam pembelajaran, sedangkan dalam KTSP kita dituntut untuk menciptakan sendiri pembelajaran kita yang sesuai dengan SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar). Di sinilah akan terlihat keragaman kita dalam membuat sebuah pembelajaran. Paradigma baru dalam pembelajaran guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Siswa bukanlah obyek pembelajaran. Guru dan siswa sama-sama belajar sehingga melahirkan keragaman yang sesuai dengan daerahnya masing-masing. Seperti apa kata pepatah. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

18. Konten kreatif
Banyak kita temui karya tulis ilmiah yang dibuat oleh guru kurang kreatif. Apa yang dituliskan rata-rata hampir sama dengan karya tulis yang dibuat oleh guru lainnya. Perlu perjuangan dari para guru untuk membuat sebuah konten yang kreatif hasil karyanya sendiri. Melihat hasil karya tulis orang lain memang diperbolehkan sebagai bahan perbandingan, tetapi karya tulis yang anda hasilkan haruslah karya tulis yang benar-benar tulisan anda sendiri yang kreatif. Tulisan kreatif, biasanya lebih enak dibaca dan lebih mengena kepada masalah pendidikan yang dituliskannya.
Dalam kesempatan yang diberikan oleh panitia seminar maupun worskhop di timgkat nasional tentang PTK, penulis banyak menjumpai teman-teman guru yang kesulitan dalam menuliskan apa yang telah mereka kerjakan. Mereka sulit sekali menulis walaupun hanya satu alinea saja. Tetapi ketika penulis pancing dalam berbagai pertanyaan, maka keluarlah semua pengalaman guru dari dalam mulutnya. Ternyata banyak guru yang baru pandai bicara saja, tetapi ketika menuliskannya banyak yang belum berhasil. Untuk bisa menuliskannya diperlukan latihan terus menerus tiada henti. Dari latihan menulis inilah akan anda temui sebuah konten yang kreatif karena anda telah terbiasa untuk menulis.

19. Keaslian
Karya tulis ilmiah yang dibuat oleh guru harus orisinil, dan dapat dipertanggungjawabk an keasliannya. Ketika keaslian telah menyatu dalam karya tulis yang dibuat oleh guru, maka orang lain yang membacanya menjadi tergugah. Apalagi bila apa yang dituliskan merupakan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan, tentu saja akan menjadi menarik dan membuat para guru lainnya mendapatkan manfaat dari apa yang anda tuliskan.Keaslian merupakan sesuatu yang tinggi dalam penilaian tim penilai karya tulis ilmiah.
Karya tulis ilmiah yang asli adalah karya tulis yang dibuat oleh seorang guru yang memang kreatif dalam mengembangkan potensi unik siswa. Potensi unik siswa akan dengan mudah dikembangkan apabila guru mampu memahami apa yang dibutuhkan oleh para siswanya dalam proses pembelajaran. Di sanalah akan terlihat keaslian dari sebuah karya tulis ilmiah.

20. Komunikatif
Banyak karya tulis ilmiah yang dibuat oleh guru tidak komunikatif. Ingatlah bahwa seorang guru membuat sebuah karya tulis ilmiah untuk dibaca oleh guru lainnya atau untuk orang lain yang menginginkan pengetahuan yang dituliskan olehnya. Sehingga bahasa yang digunakan haruslah komunikatif. Ketika bahasa yang digunakan adalah bahasa ilimah populer yang komunikatif, maka karya tulisnya akan dengan mudah dicerna dan bermanfaat untuk orang banyak.
Demikianlah Langkah-langkah Sukses yang harus dilaksanakan guru agar sukses dalam membuat karya tulis ilmiah. Semoga bermanfaat. Bila ada yang ingin menambahkan, sangat penulis harapkan.
Salam Blogger Persahabatan

Senin, 10 Januari 2011

Pemuda dalam Perpektif Kekuatan Politik Daerah

Peran strategis pemuda selalu menjadi bahan diskusi yang menarik. Akan tetapi pemuda tidak mesti hanyut dalam forum diskusi yang panjang sehingga lupa diri. Saatnya pemuda berbuat untuk membuktikan peran yang nyata dalam pembangunan daerah maupun bangsa ini. Terutama dalam upaya perbaikan demokrasi dan pencerahan politik di daerah-daerah yang jauh dari pusat kekuasaan.
Berikut ini saya mencoba untuk mengutip tulisan dari kawan-kawan di "GEMPA" (gerakan pemuda Paiton). Sebelumnya banyak diskusi ketat yang terjadi dengan kawan-kawan akademisi, aktifis pemuda dan kelompok LSM mengenai hal ini.
Dalam rancangan Undang Undang tentang kepemudaan, defisi pemuda menunjuk kepada orang yang berusia 18 sd. 35 tahun. Tentu penetapan margin usia ini lebih dahulu telah melampaui kajian akademis untuk mendapatkan rumusan yang tepat bagi kondisi demografi kepemudaan di tanah air.
Berdasarkan data Susenas 2006, jumlah pemuda Indonesia tahun 2006 mencapai 80,8 juta jiwa atau 36,4 persen dari total penduduk yang terdiri dari 40,1 juta pemuda laki-laki dan 40,7 juta pemuda perempuan. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, tampak bahwa pemuda yang tinggal di pedesaan jumlahnya lebih banyak daripada pemuda yang tinggal di perkotaan (43,4 juta berbanding 37,4 juta).
Dengan jumlah yang amat besar, maka peran strategis pemuda dalam pembangunan nasional sangatlah penting artinya dan telah dibuktikan didalam berbagai peran pemuda seiring dengan perjalanan dan denyut jantung kehidupan suatu bangsa. Oleh sebab itulah diskusi mengenai peran pemuda dalam berbagai sisi kehidupannya tidak akan pernah habis dan tidak pernah mati termasuk yang sedang kita bicarakan didalam seminar kali ini.
Menangani pemuda ibarat memegang sabun, tidak boleh terlalu kuat karena bisa mencolot keluar dan tidak boleh terlalu lembek karena bisa tergelincir jatuh. Menangani pemuda ibarat memelihara singa, bila kita pandai membujuk, ia akan tunduk dan patuh kepada kita, namun bila sebaliknya, maka ia akan menyerang kita sendiri.
Peranan pemuda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia memang bersifat dominan dan monumental. Di era pra-kemerdekaan maupun di era kemerdekaan, pemuda selalu tampil dengan jiwa kepeloporan, kejuangan, dan patriotismenya dalam mengusung perubahan dan pembaharuan. Karya-karya monumental pemuda itu dapat ditelusuri melalui peristiwa bersejarah antara lain; Boedi Oetomo (20 Mei 1908) yang kemudian diperingati sebagai Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda(28 Oktober 1928), Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945), transisi politik 1966, dan Gerakan Reformasi 1998.

Peristiwa lahirnya Boedi Oetomo 1908 menjadi bukti bahwa pemuda Indonesia memiliki inisiatif untuk mengubah peradaban bangsanya. Ketika itu, menyaksikan metoda perjuangan kemerdekaan yang masih mengandalkan sentimen kedaerahan (etnosentrisme), pemuda berinisiatif untuk mengubah strategi perjuangan kemerdekaan dalam konteks peradaban yang lebih maju, yakni dengan memasuki fase perjuangan berbasis kesadaran kebangsaan (nasionalisme), untuk menggantikan semangat kedaerahan yang bersifat sporadis dan berdimensi sempit.
Pada peristiwa Sumpah Pemuda 1928, pemuda kembali menunjukkan perannya sebagai pengubah peradaban bangsa. Sumpah Pemuda merupakan fase terpenting yang dicetuskan pemuda dalam prosesi kelahiran nation-state Indonesia. Secara prinsip, Sumpah Pemuda merupakan kesepakatan sosial (social agreement) dari segenap komponen rakyat demi melahirkan entitas “Indonesia”. Halmana disusul oleh kesepakatan politik Para Pendiri Bangsa berupa Proklamasi Kemerdekaan 1945 yang melahirkan negara Indonesia merdeka yang berbasiskan pada platform dasar: NKRI, Pancasila, dan UUD 1945 yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Di setiap babak sejarah bangsa ini, pemuda selalu berusaha mempertahankan idealisme kejuangan dan militansi gerakannya. Seusai kemerdekaan, pemuda secara konsisten tetap berikhtiar dan berperan dalam menentukan hitam-putihnya masa depan negeri ini. Di era pembangunan yang ditandai oleh beberapa kali pergantian rezim kekuasaan, pemuda menunjukkan bargaining position yang kuat, termasuk ketika Indonesia memasuki era transisi demokrasi bernama gerakan reformasi. Sejarah pergerakan nasional telah membuktikan bahwa pemuda memiliki posisi dan peran strategis dalam mengubah peradaban bangsanya.
Ketika menerima mandat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004 yang lalu, Menpora Adhyaksa Dault langsung menempuh langkah-langkah mendasar untuk mengakselerasi pembangunan kepemudaan dan keolahragaan di Indonesia. Menpora memandang bahwa pemuda dan olahraga merupakan dua pilar bangsa yang amat penting untuk menguatkan pembentukan karakter bangsa (nation and character building). Inilah sesungguhnya pandangan dasar atau basis kebijakan Menpora yang selanjutnya harus diderivasikan dan dikonkritkan melalui program kerja dan kegiatan Kemenegpora.
Basis kebijakan pemerintah berasas pada Tiga Agenda Pokok Pemerintahan SBY-JK yakni menciptakan Indonesia yang aman dan damai; menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis; dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Berpedomankan tiga agenda pokok tersebut, program pembangunan kepemudaan dan keolahragaan dirumuskan, dijalankan, dan dievaluasi demi menopang pembangunan nasional yang bermuara pada tercapainya kesejahteraan rakyat.
Dalam kapasitas sebagai regulator, Pemerintah melalui Kemennegpora telah menempuh sejumlah kebijakan mendasar guna mengakselerasi pembangunan kepemudaan dan keolahragaan. Bersama dengan DPR, Kemennegpora telah melahirkan UU Sistem Keolahragaan Nasional (UU/3/2005). Saat ini, Kemennegpora sedang berkonsentrasi mempersiapkan lahirnya undang-undang kepemudaan. Dalam hubungan ini, telah dirampungkan Naskah Akademis sekaligus materi RUU Kepemudaan, dan telah pula disosialisasikan ke segenap stakeholders. Selain itu, materi RUU Kepemudaan telah diharmonisasikan dengan berbagai instansi terkait dan segenap stakeholders kepemudaan.
Pergeseran paradigma pemuda sebagai social category dilakukan mengingat potensi kualitatif dan kuantitatif dari pemuda yang bersifat strategis. Kiranya dimaknai bahwa positioning pemuda dalam konfigurasi kehidupan bangsa bersentuhan langsung dengan masa depan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, dari perspektif pemuda sebagai social category, pemuda mesti terus mengalami pemberdayaan (empowering), baik dengan ditopang oleh regulasi pemerintah, maupun oleh kemampuan pemuda untuk mandiri.
Adapun paradigma pemuda sebagai social category dapat dimaknai dari tiga perspektif, yakni: Pertama, perspektif filosofis; bahwa pemuda sebagaimana kodrat manusia adalah makhluk sosial (homo socius) yang memiliki peran eksistensial dengan beragam dimensi antara lain dimensi sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Artinya, secara kodrati pemuda mesti menjalankan peran eksistensialnya sebagai makhluk sosial.
Kedua, perspektif historis; pasca gerakan reformasi 1998, terjadi pergeseran paradigma di semua lini publik. Di masa lalu, pemuda cenderung diposisikan sebagai komoditas politik sehingga mengakibatkan bargaining position pemuda menjadi amat lemah. Halmana mengakibatkan kurang terapresiasinya pemuda yang berada di luar area kelompok elite. Pergeseran paradigma pemuda sebagai social category dimaksudkan untuk memposisikan pemuda sebagai aset strategis bangsa.
Ketiga, perspektif kompetensi; bahwa pemuda merupakan segmen warga negara yang memiliki aneka kompetensi yang dapat memberikan kemaslahatan bagi bangsa dan negara. Paradigma pemuda sebagai social category sesungguhnya hendak menegaskan bahwa apresiasi terhadap \pemuda melingkupi seluruh lapis profesi pemuda termasuk yang memilih politik sebagai domain praksis profesionalnya. Artinya, para pemuda yang memipemuda itu tapi justru hendak menegaskan bahwa hak-hak politik merupakan bagian yang tidak terpisahkan (inherent) dari eksistensi pemuda sebagai social category.
Mengingat peran strategis pemuda, serta selaras dengan basis kebijakan Menpora, maka sudah saatnya diperlukan keberadaan payung hukum yang bersifat permanen dalam konteks pembangunan kepemudaan. Dengan begitu, pemuda memperoleh jaminan dari negara atas hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Dalam hubungan ini, Kemenegpora saat ini sedang mempersiapkan kelahiran undang-undang kepemudaan yang kini sudah dalam wujud RUU Kepemudaan, dan telah disosialisasikan kepada segenap pemangku kepentingan (stakeholders).
1. Masalah Kepemudaan.
Sebelum mengelaborasi mengenai partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional, sejenak kita simak permasalahan yang melingkupi pemuda antara lain:
a. Misorientasi pemuda dalam menatap masa depan yang cenderung melihat politik sebagai panglima; akibatnya pemuda berlomba-lomba merebut kekuasaan dibidang politik, bukan dibidang ekonomi;
b. Rendahnya akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan;
c. Rendahnya minat membaca di kalangan pemuda yaitu sekitar 37,5 persen;
d. Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pemuda yaitu sekitar 65,9 persen;
e. Belum serasinya kebijakan kepemudaan di tingkat nasional dan daerah;
f. Tingginya tingkat pengangguran terbuka pemuda yang mencapai sekitar 19,5 persen;
g. Maraknya masalah-masalah sosial di kalangan pemuda, seperti kriminalitas, premanisme, narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA), dan HIV.
h. Ancaman harga diri bagi pemuda akibat adanya terorisme;
i. Penyaluran aspirasi yang cenderung destruktif.
2. Diagnosa Mempercepat Partisipasi Pemuda Dalam Pembangunan Nasional
Dengan memahami permasalahan pemuda, maka diagnosa atas permasalahan itu akan dilakukan secara lebih tepat, yang pada gilirannya akan memacu partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional. Sehubungan dengan ini, Pemerintah, dalam hal ini Kemennegpora meletakkan prioritas pembangunan kepemudaan pada aspek:
a. Nation and Character Building (pembangunan watak manusia Indonesia)
b. Peningkatan kapasitas dan daya saing pemuda
Guna mendorong partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional, maka pemerintah meletakkan paradigma pembangunan kepemudaan sebagai berikut:
a. Mengutamakan Pemuda Sebagai Kategori Sosial (Social Category) dari pada Kategori Politik (Political Category)
b. Menghindarkan tiga langkah traumatis dalam pembangunan kepemudaan yakni:
1) Pembinaan
2) Pengawasan
3) Pengaturan
c. Melakukan reformasi pembangunan kepemudaan dengan melaksanakan tiga langkah pembangunan kepemudaan, yakni:
1) Pemberdayaan
Upaya yang dilakukan secara sistematis guna membangkitkan potensi pemuda agar berkemampuan untuk berperan serta dalam pembangunan. Memposisikan pemuda sebagai potensi dan kader yang harus dikembangkan. (Memperjelas mana terigu, mana roti).
2) Pengembangan
Pengembangan pemuda yaitu upaya sistematis yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan potensi kepemimpinan, kewirausahaan dan kepeloporan pemuda.
3) Perlindungan
Upaya sistematis yang dilakukan dalam rangka menjaga dan menolong pemuda terutama dalam menghadapi hal-hal sebagai berikut :
a) Demoralisasi
b) Degradasi Nasionalisme
c) Penetrasi paham non Pancasilais
d) Pengaruh Destruktif seperti Narkoba dan HIV/AIDS,
e) Perlindungan terhadap proses regenerasi, serta
f) Perlindungan terhadap hak dan kewajiban pemuda.
3. Sepuluh Kegiatan Prioritas Pembangunan Kepemudaan
Guna memotivasi pemuda untuk membangkitkan peranannya dalam pembangunan nasional, maka pemerintah menetapkan 10 kegiatan prioritas khusus dalam bidang pemberdayaan pemuda.
a. Menyelesaikan dan mensosialisasi UU tentang kepemudaan
b. Meningkatkan keserasian kebijakan pemuda;
c. Menyelenggarakan pertukaran pemuda antar negara;
d. Menyelenggarakan Pendidikan Bela Negara dan Jambore Pemuda Indonesia;
e. Mengembangkan wawasan dan kreativitas pemuda;
f. Mengembangkan Sentra Pemberdayaan Pemuda;
g. Meningkatkan Kapasitas IPTEK dan IMTAK Pemuda;
h. Memperluaskan Pilot Project Pengembangan Rumah Olah Mental Pemuda Indonesia (ROMPI);
i. Meningkatkan Pengelolaan Lembaga Kepemudaan;
j. Mengembangkan Sistim Informasi Lembaga Kepemudaan
4. Peran Strategis Yang Harus Di Lakukan Oleh Pemuda Dalam Pembangunan Nasional.
Peran strategis sebagai upaya yang harus dilakukan oleh para pemuda dalam mengakselerasi pembangunan nasional adalah mendorong terciptanya :
• Iklim Kondusif
• Harmonisasi
• Good Governance
a. Iklim Kondusif
Iklim kondusif sangat diperlukan dalam mencapai kesejahteraan. Kesejahteraan sangat ditentukan oleh seberapa besar kehidupan perekonomian itu bisa berjalan. Sementara nafas dari kegiatan perekonomian ialah berlangsungnya investasi dalam segala bentuk manivestasinya. Dengan berjalannya dunia investasi maka berdampak kepada semakin terbukanya lapangan pekerjaan. Dengan terbukanya lapangan perkerjaan tentu saja upaya mempertahankan hidup akan dilakukan dengan cara yang benar, sehingga para pemuda dapat terhindar dari perbuatan yang tidak benar seperti : mencuri; merampok (skala besar maupun kecil); mencopet; memeras; pungli; mengoplos minyak; menyelundup; dagang narkoba; dagang ABG; berjudi; korupsi/menyalahgunakan jabatan; dan lain sejenisnya. Sebaliknya bila iklim tidak kondusif, maka dunia investasi tidak akan dapat berjalan dengan baik, sehingga lapangan pekerjaan tertutup dan orang dalam mempertahankan hidupnya akan menggunakan cara-cara yang tidak benar.
b. Harmonisasi.
Sumber-sumber konflik yang sering terjadi didalam masyarakat majemuk biasanya berasal dari persentuhan antara orang yang memiliki kesamaan ciri dengan kelompok lain yang berbeda latar belakangnya seperti; agama, etnis, pandangan politik, kelompok kepentingan atau organisasi serta perbedaan lainnya.
Indonesia adalah suatu bangsa yang masyarakatnya sangat majemuk. Oleh sebab itu upaya untuk memelihara harmonisasi sangat penting artinya agar masyarakat dalam berbagai posisi dan lapisannya dapat hidup berdampingan secara damai. Tentu saja keadaan ini juga berkaitan erat dengan iklim kondusif itu. Oleh karenanya forum-forum yang dapat mengakomodir kemajukan seperti Forum Komunikasi Antar Pemuda Agama, Forum komunikasi Lintas Adat, Forum Komunikasi Lintas Pemuda, sangat penting artinya sebagai kawasan penyangga bila terjadi ancaman terhadap terusiknya suasana harmonis itu. Disinilah para pemuda dapat memainkan perannya sebagai garda terdepan untuk bisa menjaga suasana harmonis itu terutama dilingkungan pergaulannya sendiri (peer group nya). Konflik-konflik yang mungkin muncul karena disebabkan adanya persoalan dikalangan pemuda, segera dapat diatasi dengan mengefektifkan peran komunikasi lintas pemuda, sehingga masalah yang kecil tidak sampai melebar dan menyebakan terjadi konflik horizontal antar sesama pemuda.
c. Good Governance.
Sepuluh prinsip Tata Pemerintahan yang baik yang selama ini telah menjadi pedoman bagi penyelenggaraan tata pemerintahan di Indonesia ialah : (1) Partisipasi, (2) Penegakan Hukum, (3) Transparansi, (4) Kesetaraan, (5) Daya Tanggap, (6) Wawasan ke Depan, (7) Akuntabilitas, (8) Pengawasan, (9) Efisiensi & Efektifitas, dan (10) Profesionalisme. Sepuluh prinsip ini sejalan dengan perkembangan penyelenggaran sistem pemerintahan di Indonesia yang merubah asas sentralisasi menjadi desentralisasi yang dikenal dengan otonomi daerah.

Salah satu tujuan pemberian otonomi adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Untuk itu pemerintah daerah dituntut memahami secara lebih baik kebutuhan masyarakat yang terdiri dari berbagai lapisan. Pemerintah daerah harus melibatkan seluruh unsur masyarakat dalam proses pembangunan. Tata-pemerintahan di daerah harus diselenggarakan secara partisipatif. Penyelenggaraan pemerintahan yang eksklusif hanya melibatkan unsur pemerintah dan/atau legislatif akan membuat masyarakat tidak peduli pada pembangunan. Hal ini lebih lanjut akan menyebabkan keberlanjutan pembangunan menjadi sangat rapuh dan rentan.

Partisipasi masyarakat dapat terwujud seiring dengan tumbuhnya rasa percaya masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan di daerah. Rasa percaya ini akan tumbuh apabila masyarakat memperoleh pelayanan dan kesempatan yang setara (equal). Tidak boleh ada perlakuan yang didasari atas dasar perbedaan pria-wanita, kaya-miskin, kesukuan dan agama. Pembedaan perlakuan atas dasar apapun dapat menumbuhkan kecemburuan dan mendorong terjadinya konflik sosial di masyarakat.

Guna terlaksananya prinsip-prinsip Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan, para pemuda dapat memainkan perannya baik secara partisipatif yang terlibat langsung didalam penyelenggaraan pemerintahan maupun dengan menggiatkan upaya-upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
Dengan posisi dan peran historisnya, pemuda memiliki potensi strategis untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Melalui persebaran potensi dan kualitas pemuda yang merata di berbagai lini pengabdian sosial, para pemuda diharapkan mampu memosisikan dirinya sebagai kader-kader bangsa yang tangguh dalam meneruskan perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan. Kita berharap, pemuda mampu membentuk dirinya sebagai pemimpin bangsa di masa depan, dan mampu menggapai masa depan Indonesia yang lebih bermartabat, di bawah payung NKRI yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.
dikutip dari GEMPA (GERAKAN PEMUDA PAITON)
Salam Pemuda:
Herman Lilo
http://www.facebook.com/topic.php?uid=99093896404&topic=20592