anak-anak pengungsi |
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”{QS.Al-Baqoroh : 214}
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”{QS.Ali Imron :142}
Khabab bin al-Arst berkata, bahwa Rasululah SAW. Bersabda, “ Di antara orang-orang sebelum kalian ada yang digalikan sebuah lubang untuknya, kemudian ia dimasukkan ke dalamnya, didatangkan sebuah gergaji lalu diletakkan di atas kepalanya dan iapun dibelah menjadi dua. Ada juga yang disisir dengan sisir besi sampai mengelupas kulitnya dan dagingnya. Tetapi semua itu tidak menghalangi mereka dari dien mereka. Demi Allah, Dia akan benar-benar menganugerahkan urusan ini sampai nanti akan ada seorang pengendara yang berjalan dari San’a ke Hadramaut tidak takut kecuali kepada Allah. Dia hanya khawatir dengan adanya seekor serigala yang dapat menerkam kambingnya. Namun kalian tergesa-gesa.” {Hadits riwayat Bukhori}
Nabi SAW. Juga bersabda, “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka. Barang siapa yang ridho, niscaya akan mendapatkan ridho-NYA. Dan barang siapa yang kesal dan benci niscaya ia akan mendapatkan murka-NYA.” {HR. At-Tirmidzi,As-Suyuthi menghasankanya}
Ketika orang-orang hendak memotong kaki Urwah bin Zubeir karena sakit, mereka berkata, “Sekiranya kami meminumkan sesuatu sehingga anda tidak merasakan sakitnya” Urwah menjawab, “ Sesungguhnya Allah hanyalah mengujiku untuk melihat kesabaranku. Haruskah aku menyelisihi keputusan-NYA? “
Sementara itu Umar bin Abdul Aziz berkata, “Tidaklah Allah menganugerahkan suatu nikmat kepada seorang hamba lalu Dia mencabutnya dan hamba pun bersabar atasnya, kecuali Allah akan menggantikanya dengan yang lebih baik.”
Suatu ketika Ali bin Abi Tholib mendapati ‘Adi bin Hatim sedang bersedih. Beliau bertanya, “Mengapa anda bermuram durja?” ‘Adi menjawab, “Apa tidak boleh sedangkan dua anakku baru saja terbunuh, dan mataku baru saja tercungkil? “ Ali berkata, “Wahai ‘Adi barang siapa ridho dengan ketetapan Allah maka sesungguhnya ketetapan Allah itu tetap terjadi dan dia mendapat pahala. Dan barang siapa tidak ridho dengan ketetapanya, sesungguhnya ketetapan itu tetap terjadi dan amalan orang itu pun terhapus.”
Demikianlah, musibah diberikan oleh Allah Ta’ala kepada kaum yang dicintai-NYA, untuk menguji kesabaran mereka, dan untuk memberikan pahala dan kenikmatan yang lebih banyak jika mereka mau bersabar atasnya.
Musibah Sebagai Hukuman Dan Peringatan
Musibah sebagai peringatan sekaligus hukuman, itu berlaku bagi para pendosa, ahli maksiat dan orang-orang yang melalaikan kewajibanya terhadap Allah SWT. Musibah itu diturunkan oleh Allah Ta’ala untuk memaksa mereka menyesali dosa-dosanya, dan juga menghapus {membalas} sebagian dari kesalahan-kesalahanya. Allah Ta’ala berfirman,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut, yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Supaya Allah merasakan kepada manusia sebagian akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali {QS.Ar-Rum:41}
Al-Jazaairi dalam tafsirnya mengatakan, bahwa agar kembali disini adalah kembali dari perbuatan maksiat dan memulai lagi berbuat taat. Jarir bin Abdullah Al-Bajly ra. meriwayatkan bahwa Nabi SAW, bersabda,
“Tidaklah salah seorang berada di dalam suatu kaum, lalu dia melakukan berbagai kemaksiatan di tengah mereka, padahal mereka mampu merubahnya namun mereka tidak merubahnya, melainkan Allah akan menimpakan adzab kepada mereka sebelum kematian mereka.” {Diriwayatkan Abu Daud, Ahmad, dan Ibnu Majah}
Abu Huroiroh radhiyallau’anhu meriwayatkan, Rasulullah SAW. Bersabda, “Ujian akan terus datang kepada seorang mu’min atau mu’minah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Allah tanpa membawa dosa.”{Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya}
Demikianlah musibah datang kepada orang-orang yang banyak melakukan kesalahan untuk menghukum dan mengingatkan mereka di dunia, serta menghapus dosa-dosa mereka, jika sabar menjalaninya. Karena sesungguhnya Allah masih menginginkan mereka agar selamat dari adzab-NYA di neraka.
Musibah dan bencana, diturunkan oleh Allah SWT, sebagai peringatan untuk semua dan harus direnungkan bersama. Dan tidak usah menuding siapakah biang keladinya, karena toh bencana itu juga datang tanpa memilih kepada siapa harus menimpa. Maka, masing-masing harus intropeksi diri, berfikir dan berani mengakui kekhilafanya, kemudian kembali menjalani hidup sesuai dengan aturan dan norma-norma agama.
Bertobat kepada Allah Ta’ala tidak hanya berhenti pada gerakan lesan semata, namun yang paling penting bagaimana manusia merealisasikan pengakuanya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang nyata. Manusia harus menyadari bahwa mereka adalah makhluq yang kecil dan lemah, yang tidak akan pernah mampu keluar dari lingkaran taqdir dan hukuman-NYA. Manusia juga harus sadar bahwa tidak semua fenomena yang terjadi di bumi ini bisa diindera dan dianalisa dengan akalnya, dan tidak semua persoalan bisa diselesaikan dengan usaha dan keterbatasan ilmunya.
Dalam setiap musibah dan bencana, manusia harus memahami bahwa disana ada hikmah yang tak ternilai harganya. Janganlah pernah tergerak pada hatinya bahwa dengan semua ini Allah telah mencelakakan dan mendholimi manusia. Bahkan dalam hal ini sempurnalah Allah Ta’ala dalam memperlihatkan sifat rahman-NYA.
Orang yang hidup dengan kedholiman, berkubang dengan kemaksiatan, dan selalu menginjak-injak harga diri dan merampas hak-hak orang lain demi kepuasanya, maka ia harus segera bertobat kepada Allah karena ia kini sedang ditampar oleh Allah Ta’ala. Orang beriman yang sibuk dengan hartanya, keluarganya, kesenanganya dan seluruh egoisitas pribadinya, dengan meninggalkan tugasnya yang suci sebagai penyeru dan pejuang kebenaran, maka ia juga harus bertobat kepada Allah karena ia telah melempar tanggung jawabnya dan membiarkan kejahiliyahan berjalan di depan matanya. Dan saat inilah Allah telah menunjuk hidungnya.
Namun sebenarnya, orang yang harus paling berkaca dan banyak bermuhasabah atas dirinya, justru adalah orang yang selalu aman dan tak pernah tersentuh bencana. Apalagi ia banyak bermaksiat dan banyak melakukan dosa. Karena bisa jadi Allah SWT. Sangat marah kepadanya sehingga membiarkan ia tenggelam dalam kecelakaan dan kesesatanya. Allah tidak menimpakan bencana kepadanya, agar tidak terhapus dosa-dosanya dan menunda balasan dosa tersebut di akhir hayatnya atau hingga di neraka. Dia berfirman,
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” {QS.Al-An’am :44}
Indonesia menangis, anak-anak kehilangan orang tuanya, orang tua terpisah dengan keluarganya, mayat-mayat tidak bisa dikenali lagi. Bencana Tsunami Mentawai, dan Gunung Merapi yang menyemburkan panas telah membuat air mata Indonesia. Kirimkan doa dan bantuan untuk saudara kita dengan mengirim bantuan Anda di Rekening BNI : 0155684448, dan 0142335559 (kantor cabang Univeritas Hasanuddin Makassar), Kami akan menyalurkan kepada yang membutuhkan. Insya Allah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo bergabung disini.... boleh berkomentar... asal sopan dan intelek, humoris, serta dapat menambah wawasan dan persaudaraan