BAPAK PLURALIS
Ketika banyak orang di Makassar sibuk membicarakan etnis dan kesukuan bahkan agama jelang pilkada serentak, saya jadi teringat Gus Dur. Kalo dulu saya menganggap apa yg disampaikan Gus Dur itu hanya sekedar guyonan, sekarang saya menyadari betapa pentingnya bersikap pluralis itu. Apa lagi jika kita hidup di kota Besar seperti Makassar.. Terkadang sikap etnosentris membuat otak dan mata kita ditutup utk menerima ide-ide cemerlang dari orang lain. Bahkan seorang yang telah berusaha menjadi saudara kita dengan mengaku sebagai sesuku justru ditampik dan dimaki. Padahal kita pernah membanggakan seorang. Tokoh seperti BJ. Habibie, sbg orang Bugis-Makassar, namun justru pak Habibie tidak pernah secara tegas membanggakan Bugis Makassar.
Menurut Gus Dur, Plural itu suatu realita yang tak terbantahkan dan merupakan Sunatullah dimana manusia tidak mungkin bisa mengubahnya. Plural juga adalah persoalan kebudayaan yang didalamnya ada ajaran yg beragam serta kepercayaan atau agama.
Artinya pluralitas itu dipandang sbagai konteks Persatuan dalam nilai-nilai kebangsaan tanpa melakukan intervensi terhadap tiap ajaran atau agama. Jadi tidak mencampuradukkan 'ajaran' agama yg satu dg yang lain.
Padahal utk menjadi pemilih cerdas, sentimen etnis sebaiknya dibuang jauh-jauh. Pemilih Cerdas memiliki pertimbangan rasional, yakni.memilih berdasarkan penilaian yg terukur, misalnya menilai program kandidat, melihat track rekor, integritas dan kapasitas kandidat dalam mewujudkan program yg dijanjikannya.
Yah, Jika saja kita semua dapat belajar dari Gus Dur betapa pentingnya untuk saling menghormati. Demikian pula Islam sangat menghargai pluralitas sbg kondisi yang dicontohkan masyarakat Madani, namun menentang pluralisme sebab itu mengikuti sesatnya faham Abu Jahal.
Ayo Hidup tanpa diskriminasi.
Ketika banyak orang di Makassar sibuk membicarakan etnis dan kesukuan bahkan agama jelang pilkada serentak, saya jadi teringat Gus Dur. Kalo dulu saya menganggap apa yg disampaikan Gus Dur itu hanya sekedar guyonan, sekarang saya menyadari betapa pentingnya bersikap pluralis itu. Apa lagi jika kita hidup di kota Besar seperti Makassar.. Terkadang sikap etnosentris membuat otak dan mata kita ditutup utk menerima ide-ide cemerlang dari orang lain. Bahkan seorang yang telah berusaha menjadi saudara kita dengan mengaku sebagai sesuku justru ditampik dan dimaki. Padahal kita pernah membanggakan seorang. Tokoh seperti BJ. Habibie, sbg orang Bugis-Makassar, namun justru pak Habibie tidak pernah secara tegas membanggakan Bugis Makassar.
Menurut Gus Dur, Plural itu suatu realita yang tak terbantahkan dan merupakan Sunatullah dimana manusia tidak mungkin bisa mengubahnya. Plural juga adalah persoalan kebudayaan yang didalamnya ada ajaran yg beragam serta kepercayaan atau agama.
Artinya pluralitas itu dipandang sbagai konteks Persatuan dalam nilai-nilai kebangsaan tanpa melakukan intervensi terhadap tiap ajaran atau agama. Jadi tidak mencampuradukkan 'ajaran' agama yg satu dg yang lain.
Padahal utk menjadi pemilih cerdas, sentimen etnis sebaiknya dibuang jauh-jauh. Pemilih Cerdas memiliki pertimbangan rasional, yakni.memilih berdasarkan penilaian yg terukur, misalnya menilai program kandidat, melihat track rekor, integritas dan kapasitas kandidat dalam mewujudkan program yg dijanjikannya.
Yah, Jika saja kita semua dapat belajar dari Gus Dur betapa pentingnya untuk saling menghormati. Demikian pula Islam sangat menghargai pluralitas sbg kondisi yang dicontohkan masyarakat Madani, namun menentang pluralisme sebab itu mengikuti sesatnya faham Abu Jahal.
Ayo Hidup tanpa diskriminasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo bergabung disini.... boleh berkomentar... asal sopan dan intelek, humoris, serta dapat menambah wawasan dan persaudaraan