Sabtu, 04 September 2010

CICAK DAN BUAYA


Kalau cecak (selanjutnya ditulis cicak) berkelahi lawan buaya, sudah pastilah cicak kalah. Begitu kira-kira bayangan semua orang. Sebab apalah itu cicak, walaupun bentuknya seperti buaya, tapi bagi buaya ia hanya bagai slilit di sela-sela gigi.

Tapi, tunggu dulu. Memang buaya bisa menang melawan cicak jika buaya berhasil melindas atau menggigit cicak. Kalau tidak, belum tentu. Misalnya cicak malah bertengger di belakang buaya, diam-diam merayap lalu mencocol mata buaya. Buayanya bisa kalang-kabut.

Jadi menang dan kalah antara buaya dan cicak tidak semata-mata perkara besar-besaran tubuh atau kuat-kuatan tenaga. Tidak selamanya yang kecil harus kalah. Tidak selamanya yang lemah langsung keok.

Walaupun tubuhnya besar dan tampak menakutkan, buaya juga punya kelemahan. Ia tidak bisa menerkam musuhnya dari depan, tapi dari samping kepalanya atau ekornya. Makanya buaya harus selalu bersiasat kalau mau melibas buruan dengan serangan dari samping.

Alkisah, di sebuah negeri yang banyak tikusnya, cicak dan buaya terlibat perseteruan. Buaya menuduh cicak tidak tahu diri, melampaui kewenangannya sebagai cicak. Apalagi ulah cicak itu sudah mengusik kenyamanan buaya. Tak pelak, cicak lalu diuber-uber dan akhirnya ditangkap buaya.

Memang cicak tidak langsung ditelan buaya, tapi masih disimpan dalam mulut. Seperti kalau buaya menyimpan anaknya sendiri di mulutnya ketika akan dibawa ke air.

Akhirnya negeri yang banyak tikusnya itu jadi gaduh. Banyak sekali yang bersimpati pada cicak. Nyamuk, burung, kambing, kerbau, kecoa dan banyak lagi lainnya yang mendukung cicak. Semuanya saling dukung-mendukung minta agar cicak dilepaskan, jangan sampai dimatikan oleh buaya. Negeri yang banyak tikusnya itu akhirnya tiap hari gaduh dengan berita buaya menangkap cicak.

Desakan pendukung cicak semakin keras. Jumlahnya juga terus bertambah. Satu tim disiapkan untuk menyelidikii duduk soal sebenarnya. Ketuanya burung kakaktua berjambul putih. Burung ini sangat terkenal kepandaiannya berkicau. Makanya dia cocok jadi ketua tim.

Tim baru mulai bekerja keadaan sudah berubah drastis seketika, tatkala di pengadilan mahkamah margasatwa diperdengarkan rekaman hasil sadapan pembicaraan. Rupanya yang menjadi biang semua kisruh itu tidak lain adalah tikus.

Sebenarnya tikuslah yang tidak suka sama cicak karena dia menganggap cicak berbahaya baginya. Dia lalu bikin konspirasi yang membuat cicak ditangkap buaya. Tikus ternyata bukan hanya binatang penggerogot, tapi juga binatang licik yang lihai main "politik".

Untunglah niat jahat tikus kini ketahuan. Rekaman ulah busuknya sudah tersebar di seluruh khalayak. Tikus dan konco-konconya seharusnya ditangkap dan akan menerima hukuman berat akibat ulahnya sendiri. Tapi, di negeri yang banyak tikus, semua belum tentu juga. Bisa saja tikus tidak ditangkap, atau kalau ditangkap nanti dibiarkan lari.

Itulah sebuah kisah menggelikan tapi juga di negeri yang banyak tikusnya. Untung saja itu hanya terjadi di alam hewan, bukan negeri manusia he.. he..he.. (dari FUAD RUMY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo bergabung disini.... boleh berkomentar... asal sopan dan intelek, humoris, serta dapat menambah wawasan dan persaudaraan